Telah Terbit !

Yang sederhana, yang berserakan, yang tak diperhitungkan dan bertebaran di mana-mana, tetaplah harus dirayakan. Spesial SARBI edisi 8 di akhir tahun!

Segera Dapatkan !

Buku Puisi Karya KOMANG IRA PUSPITANINGSIH.

Toko Buku SARBI

Kumpulan buku bekas pilihan yang asik untuk dibaca dan dikoleksi dengan harga bersahabat.

Telah Terbit!

BULETIN TIKAR EDISI 02/2013 Diterbitkan oleh Komunitas Tikar Merah (KTM)

Dapatkan!

Buku Terbaru SARBIKITA Publishing Karya Heru Susanto

Blogroll

Monday, January 23, 2012

PEMENTASAN TEATER GEDHEK


Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Minggu, 22 Januari 2012
Di Dinas Pariwisata Sidoarjo


"SURAT ANAK YANG DIABORSI"
Sutradara: Wawan



Pemain: Nansa sebagai ibu muda, Awal sebagai pacar, Arlin sebagai ibu Nanda, Lily sebagai dukun, Ima sebagai arwah bayi, Karina sebagai ibu tua, wawan sebagai malaikat, Febri sebagai ahli neraka, Yusron sebagai malaikat neraka,


"PRAMURIA & PECANDU"
Sutradara: Yunus


Pemain: Azar sebagai Jepri, Echy sebagai Rani, Yuli sebagai sosok hitam, Ayie sebagai Sarah,Zam-zam sebagai Baskoro, wulan sebagai ibu.


(Foto-foto oleh Ferdi Afrar)


Selengkapnya

Wednesday, January 18, 2012

ANTOLOGI PUISI "KARNAVAL BULAN JAMBU"


Photobucket

Photobucket

Photobucket

ANTOLOGI PUISI "KARNAVAL BULAN JAMBU"
PENULIS : Umar Fauzi Ballah, Heru Susanto, GS Wijaya,
Ferdi Afrar, Dody Kristianto, Arfan Fathoni, Angga Priandi


Diterbitkan oleh SARBIKITA Publishing, Agustus 2011
Perum Sidokare Asri AV-17 Sumokali, Candi-Sidoarjo
email : sarbikita@gmail.com
grup facebook : sarbikita@groups.facebook.com
blog : www.sarbikita.blogspot.com


Penyunting : Krido Waluyomukti
Foto Sampul : Pramudya Tony Mahendra
(tony.mahendra81@gmail.com)
Ilustrasi Dalam : Andi Surya Nusa
(crimsonvania@yahoo.co.id)
Penata Artistik : Ferdi Afrar
(kesatria_sastra@yahoo.com)
Didukung : MOTOGENI STUDIO


Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit


Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Antologi Puisi - Karnaval Bulan Jambu
Sidoarjo: SARBIKITA Publishing
84 hlm.; 14 cm x 21 cm
ISBN: 978 -602-99880-0-0


CACING TANAH
Buat Ria Rossiana


bukan karena kau sampah
maka aku mencintaimu
yang menghumus tanah
dengan rindu-rindu


tumbuh dengan jantung terbelah
menengadah untuk sesuatu yang serba biru
yang kupungut kemudian kau usut
yang kutabur kemudian kau gembur


lalu aku menyusu dari rahimmu
membelai umbai-umbai
penyemai panen yang terbengkalai
sesungguhnya pesta tak pernah usai


akan selalu ada tempat kita buai
seperti halnya kematian melambai-lambai
aku yang tak pernah sampai, menjadikanmu
semacam igau yang kudengar sepintas lalu


(Umar Fauzi Ballah, Sampang, 1429 H)


HARGA : Rp. 25.000 (Sudah Termasuk Ongkos Kirim Untuk yang di Jatim)


Untuk pemesanan bisa sms di 08990389066

Tuesday, January 17, 2012

FENOMENA SELF PUBLISHING


Photobucket

Dalam beberapa kesempatan mempromosikan “Print On Demand” (POD) kepada beberapa dosen dan beberapa kenalan di milis, mereka terkejut dan sangat antusias. Betapa tidak, dalam bayangan mereka menerbitkan buku adalah proses yang rumit. Mulai dari menyiapkan naskah, melego ke penerbit, sampai proses editing menjelang diputuskan layak cetak yang memakan waktu berbulan-bulan. Belum lagi ketidakpastian apakah naskah yang dikirim diterima dan persoalan royalti yang lebih menguntungkan penerbit daripada penulis.


Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang suka menulis. Bahkan sudah punya sederetan naskah yang siap diterbitkan. Namun, karena keder duluan berhubungan dengan penerbit akhirnya mereka mengurungkan niat mengonversi naskah menjadi buku.
Awalnya mereka tidak percaya ketika saya menyampaikan sistem POD dalam menerbitkan buku. Setelah saya buktikan dengan meminta naskah mereka, kemudian saya buatkan cover dan edit selama semingguan, barulah mereka percaya dan tersenyum lebar. “Impian lama akhirnya terwujud hari ini”, begitu ujar salah seorang dari pemilik naskah yang saya bantu beberapa waktu lalu.


Melihat peluang bisnis dari penerbitan dengan sistem POD ini, beberapa orang mencoba untuk menawarkan jasa penerbitan buku dengan sistem “cetak buku sesuka hatimu”. Sebutlah nama Gre Publishing, Leutika, Indie Book Corner, dan Nulisbuku, sebagai contoh dari dinamika baru dalam dunia penerbitan di Indonesia. Masing-masing memberikan jasa menarik, mulai editing, layout, pembuatan cover, pengurusan percetakan, pengurusan ISBN, sampai pemasaran. Yang membedakan penerbitan gaya baru ini dari “penerbit konvensial” adalah terkait biaya yang ditanggung oleh penulis. Hal ini tentu tidak terlalu memberatkan karena penulis bisa menjual bukunya dengan harga yang pantas, tanpa harus ribet memikirkan pembagian persenan dengan penerbit. Keuntungan murni untuk sang penulis.


Selain dilirik oleh “penulis-penulis pemula” dan “penulis berpengalaman tapi belum berhasil menembus penerbitan konvensional”, ternyata jasa POD ini menjadi angin segar bagi para dosen. Bayangkan saja, menerbitkan satu buku dihargai 40 kredit point (kum). Jauh lebih tinggi dibandingkan menulis di jurnal yang dinilai 18 kredit point.


Belum lagi berita baik ini massif beredar di kalangan dosen, terdengar kabar akan ada kebijakan tidak mengakui keberadaan buku-buku hasil self publishing ini sebagai kredit point. Saya pribadi berharap, semoga hal ini tidak terjadi. Karena hanya melanggengkan situasi kebekuan suasana akademis. Sudah menjadi rahasia umum, para dosen di Indonesia miskin karya. Beban mengajar lebih banyak daripada riset. Kalaupun ada yang melakukan riset, kebanyakan hanya disebarkan dalam bentuk laporan penelitian. Karena tema yang diangkat tidak diterima pasar, tentu saja penerbit-penerbit konvensional malas menerbitkan.


Kalau pertimbangan tidak mengakui buku-buku cetakan self publishing adalah demi penjaminan mutu, rasanya seperti menepuk air di dulang. Omong kosong dengan kualitas, kalau misalnya insentif research dan jam mengajar lebih padat daripada penelitian. Dosen saya yang pernah kuliah di AS, bercerita dosen-dosen di sana mengajar satu semester kemudian satu semester berikutnya diberikan waktu luang untuk penelitian. Di Indonesia, boro-boro mau memberlakukan kebijakan itu, malah banyak dosen semakin memadatkan jam mengajar dengan mencari sabetan di luar kampus utamanya.


Jika geliat penulisan buku yang dikobarkan oleh Self Publishing ini juga diberangus, sungguh sangat disayangkan. Kualitas memang penting. Tapi kualitas juga membutuhkan proses. Mungkin kualitas buku-buku self publishing masih dinilai kurang layak. Tapi seiring waktu dan dinamika pasar, tentu para penulis dari kalangan dosen ini akan terus memperbaiki diri. Sehingga mereka bisa menghasilkan karya-karya yang diminati oleh khalayak dan dengan mutu yang mumpuni. Kalau geliat ini sudah dibunuh sebelum berkembang, kapan lagi dosen-dosen Indonesia akan berkarya???


Jasa layanan penerbitan telah menjadi lahan bisnis baru. Mungkin sekarang baru beberapa yang eksis. Tapi, tidak mungkin beberapa bulan lagi hadir puluhan penyedia layanan penerbitan POD, yang pada titik tertentu akan melahirkan persaingan. Kita tentu tidak ingin persaingan ini menjadi tidak sehat sebagaimana yang kita saksikan pada penerbitan konvensional. Self publishing bermula dari keinginan untuk bebas dari belenggu penerbit konvensional. Oleh karena itu, ia harus kita bangun dengan semangat kemerdekaan juga.


Jasa penerbitan self publishing bukan semata-mata dibangun atas dasar nilai-nilai bisnis. Tapi ada capaian yang lebih jauh yang hendaknya dijunjung bersama, yaitu bagaimana setiap orang di negeri ini bisa membuat dan menikmati buku tanpa harus dibebani “berhala-berhala” penerbitan yang menghambat kemajuan. So, teruslah berjaya self publishing.




Oleh Anggun Gunawan

ALAMAT EMAIL MEDIA MASSA

Photobucket


Berikut alamat-alamat email redaksi koran, majalah, jurnal dan tabloid yang menerima kiriman karya sastra (Cerpen dan Puisi).


1. Republika


sekretariat@republika.co.id, aliredov@yahoo.com


Tidak ada pemberitahuan dari redaksi terkait pemuatan cerpen. Sudah lama tidak memuat puisi. Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), tetapi pengalaman dari beberapa rekan penulis, honor harus sabar ditagih ke redaksi beberapa kali agar segera cair.


2. Kompas


opini@kompas.co.id, opini@kompas.com


Ada konfirmasi pemuatan cerpen/puisi dari redaksi via email. Honor cerpen Rp. 1.100.000,- (tanpa potong pajak), honor puisi Rp. 500.000,- (tanpa potong pajak) Seminggu setelah pemuatan, honor sudah ditransfer ke rekening penulis.


3. Koran Tempo


ktminggu@tempo.co.id


Biasanya Nirwan Dewanto—penjaga gawang rubrik Cerpen Koran Tempo, meng-sms penulis terkait pemuatan cepen/puisi jika penulis mencantumkan nomer hp di email pengiriman. Honor cerpen tergantung panjang pendek cerita, biasanya Rp. 700.000,- honor puisi Rp. 600.000,- (pernah Rp. 250.000,- s/d Rp. 700.000, referensi Esha Tegar Putra), ditransfer seminggu setelah pemuatan.


4. Jawa Pos


sastra@jawapos.co.id


Jawa Pos menerima karya-karya pembaca berupa cerpen dan puisi. Cerpen bertema bebas dengan gaya penceritaan bebas pula. Panjang cerpen adalah sekitar 10 ribu karakter. Honor cerpen Rp. 900.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 600.000,- (potong pajak) Referensi bersumber dari Isbedy Stiawan Zs, ditransfer dua minggu setelah cerpen/puisi dimuat.


5. Suara Merdeka


swarasastra@gmail.com


Kirimkan cerpen, puisi, esai sastra, biodata, dan foto close up Anda. Cerpen maksimal 9.000 karakter termasuk spasi. Honor cerpen Rp. 350.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 190.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen. Bisa diambil langsung ke kantor redaksi atau kantor perwakilan redaksi di kota Anda—jika ada.




6. Suara Pembaruan


koransp@suarapembaruan.com


Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


7. Suara Karya


redaksi@suarakarya-online.com, amiherman@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


8. Jurnal Nasional


tamba@jurnas.com, witalestari@jurnas.com


Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


9. Seputar Indonesia


redaksi@seputar-indonesia.com, donatus@seputar-indonesia.com


Tidak setiap hari Minggu memuat cerpen. Honor cerpen Rp. 400.000,- (potong pajak), honor puisi Rp. 190.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


10. Pikiran Rakyat


khazanah@pikiran-rakyat.com, ahda05@yahoo.com


Cerpen tayang per dua mingguan. Honor cerpen Rp. 350.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


11. Tribun Jabar


cerpen@tribunjabar.co.id, hermawan_aksan@yahoo.com


Selain ada cerpen berbahasa Indonesia setiap Minggu, juga ada cerpen bahasa Sunda setiap hari Kamis bersambung Jumat. Honor cerpen Rp. 200.000,- (tanpa potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.




12. Kedaulatan Rakyat


redaksi@kr.co.id, jayadikastari@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 400.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


13. Harian Joglo Semar (Yogyakarta)


harianjoglosemar@gmail.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


14. Minggu Pagi (Yogyakarta)


we_rock_we_rock@yahoo.co.id


Terbit seminggu sekali setiap Jumat. Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi


15. Surabaya Post


redaksi@surabayapost.info, surabaya_news@yahoo.com, zahira@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- (potong pajak) hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


16. Radar Surabaya


radarsurabaya@yahoo.com, diptareza@yahoo.co.id


Honor cerpen Rp. 200.000,- (potong pajak) hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


17. Lampung Post


lampostminggu@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 200.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, bisa diambil langsung ke kantor redaksi atau minta tolong teman yang ada di Lampung untuk mengambilkan ke kantor redaksi.


18. Berita Pagi (Palembang)


huberitapagi@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


19. Sumatera Ekspres (Palembang)


citrabudaya_sumeks@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


20. Padang Ekspres


yusrizal_kw@yahoo.com, cerpen_puisi@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- s/d Rp. 125.000,- honor puisi Rp. 75.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, bisa diambil langsung, atau minta tolong teman mengambilkan honor ke kantor redaksi.


21. Haluan (Padang)


nasrulazwar@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- honor puisi Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, jangan lupa tanggal pemuatan cerpen, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


22. Singgalang (Padang)


hariansinggalang@yahoo.co.id, a2rizal@yahoo.co.id


Honor cerpen Rp. 50.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


23. Riau Pos


budaya_ripos@yahoo.com, habeka33@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


24. Sumut Pos


redaksi@hariansumutpos.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


25. Global (Medan)


tejapurnama@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


26. Analisa (Medan)


rajabatak@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


27. Sinar Harapan


redaksi@sinarharapan.co.id, blackpoems@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 100.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


28. Jurnal Cerpen Indonesia


jurnalcerpen@yahoo.com, jurnalcerita@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 250.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


29. Majalah Horison


horisoncerpen@gmail.com, horisonpuisi@gmail.com


Honor cerpen Rp. 350.000,- honor puisi tergantung berapa jumlah puisi yang dimuat, biasanya dikirimi majalahnya sebagai bukti terbit. Hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi, dan kadang honor dikirim via wesel jika tidak ada nomer rekening.


30. Majalah Esquire


cerpen@esquire.co.id


Honor cerpen Rp. 1.000.000,- (potong pajak), hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi

31. Majalah Sabili



elkasabili@yahoo.co.id


Honor cerpen Rp. 200.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


32. Majalah Suara Muhammadiyah


redaksism@gmail.com


Honor cerpen Rp. 150.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi.


33. Majalah Ummi


kru_ummi@yahoo.com


Tema cerpen seputar keluarga dan rumah tangga. Honor cerpen Rp. 250.000,- ditransfer paling telat satu bulan setelah pemuatan.


34. Majalah Kartini


redaksi_kartini@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 350.000,- dua minggu setelah pemuatan honor ditransfer ke rekening penulis.


35. Majalah Alia


majalah_alia@yahoo.com


Honor cerpen Rp. 300.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi


36. Majalah Femina


kontak@femina-online.com, kontak@femina.co.id


37. Majalah Story


story_magazine@yahoo.com


Tema cerpen khas ala remaja/teenlit. Konfirmasi pemuatan cerpen via telepon dari redaksi Story. Antrian pemuatan panjang, bisa 6 bulan sampai setahun. Honor cerpen Rp. 250.000,- maksimal sebulan setelah pemuatan honor sudah ditransfer ke rekening penulis.


38. Majalah Annida-online


majalah_annida@yahoo.com


Konfirmasi pemuatan cerpen via email redaksi. Honor cerpen Rp. 50.000,- honor epik (cerita kepahlawanan) Rp. 100.00,- maksimal sebulan setelah pemuatan honor sudah ditransfer ke rekening penulis.


39. Majalah Bobo


bobonet@gramedia-majalah.com


Honor cerpen Rp. 250.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi


40. Tabloid Nova


nova@gramedia-majalah.com


Honor cerpen Rp. 400.000,- hubungi redaksi via email/telepon untuk konfirmasi pencairan honor, atau bisa diambil langsung ke kantor redaksi


Sumber Groups FB Cerpen koran Minggu

Wednesday, January 11, 2012

SARBI EDISI #1 MARET 2010


Photobucket

PENULIS
1. Heru Susanto
2. Arfan Fathoni
3. Angga Priandi Pasma
4. Dody Kristianto
5. Nisa Ayu Amelia
6. Ferdi Afrar
7. GS. Wijaya
8. Umar Fauzi Ballah


Catatan : Edisi pertama lembar SARBI bernama G-SPOT yang hanya dicetak hitam putih menggunakan mesin fotokopi dan tidak tersedia versi PDF (Online)

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Wednesday, January 4, 2012

3 PUISI VICENTE HUIDOBRO


Photobucket

Hours
A small town
A train stopped on the plain
Deaf stars sleep
in every puddle
And the water trembles
Curtains to the wind
Night hangs in the grove
A lively drizzle
From the flower-covered steeple
Bleeds the stars
Now and then
Ripe hours
Drop on life


Jam
Sebuah kota kecil
Sebuah kereta berhenti di dataran
Bebintang Tuli tidur
di setiap genangan air
Dan air gemetar
Tirai untuk angin
Malam terjatuh di hutan kecil
Sebuah gerimis hidup
Dari menara bunga yang tertutup
Berdarah bintang-bintang
Sekarang dan kemudian
jam matang
Jatuh pada kehidupan




Night
You hear the night glide across the snow


The song fell down from the trees
And through the fog sounded voices


I lit my cigar at a glance


Every time I open my lips
I flood the void with clouds


In the harbor
The masts are full of nests.


And the wind
groans in the birds' wings


THE WAVES ROCK THE DEAD SHIP


Whistling on the shore I
Look at the star that glows between my fingers


Malam
Kau mendengar malam meluncur di salju


Lagu jatuh dari pohon
Dan melalui kabut terdengar suara-suara


Aku menyalakan cerutu sekilas


Setiap kali saya membuka bibirku
Aku banjir kekosongan dengan asap


Di pelabuhan
Tiang-tiang penuh sarang.


Dan angin
mengerang dalam sayap burung '


GELOMBANG KARANG KAPAL KARAM


Bersiul di pantaiku
Lihatlah bintang yang bersinar antara jemariku




Eclogue
Sun about to die


The car broken down


And a smell of spring
Remains as the air sweeps by


Somewhere


a song


WHERE ARE YOU


One afternoon much like this
I looked for you in vain


In the fog covering the roads
I kept finding myself


And in the smoke of my cigar
A lost bird


Nobody answered


The last pastors drowned


And the stray sheep
Ate flowers and did not give honey


The wind that went by
Piles up their wool


Between the clouds
Holding my tears


Why cry once more
about what I've cried already


And since the sheep eat flowers
Sign that you went by




Eclogue
Mentari akan mati


Mobil rusak


Dan bau musim semi
Tetap tersapu sebagai udara oleh


suatu tempat


lagu


DI MANAKAH KAMU


Di suatu sore seperti ini
Aku mencarimu dengan sia-sia


Dalam kabut yang menutupi jalan
Aku terus mencari diriku


Dan dalam asap cerutu
Seekor burung hilang


Tak ada yang menjawab


Para pendeta terakhir tenggelam


Dan domba-domba tersesat
Memakan bunga dan tidak memberikan madu


Angin yang berlalu
Menumpuk wol mereka


Antara awan
Memegang air mataku


Mengapa menangis lagi
tentang apa yang sudah aku tangisi


Dan karena domba memakan bunga
Tanda bahwa kamu telah berlalu




Diterjemahkan Dodik Kristianto

TELAH DIBUKA UNTUK SARBI #6


Photobucket

REDAKSI MENERIMA tulisan, esai, kolom (perihal khusus yang berhubungan dengan tokoh, sastra, seni, atau budaya pada umumnya), cerita pendek, puisi, naskah drama, resensi, informasi kegiatan budaya. Untuk tulisan prosa maksimal 11.000 karakter tanpa spasi •


Redaksi juga menerima kontribusi karya rupa dengan berbagai medium, manual drawing, fotografi, digital art, painting dll. Kirimkan link portofolio atau contoh karya •


Semua permohonan menjadi kontributor edisi 6 dialamatkan ke sarbikita@gmail.com
Sertakan biodata singkat dan alamat surat. Paling lambat Pertengahan Maret 2011.


Redaksi belum dapat memberikan imbalan materi pada penulis maupun perupa yang telah berpartisipasi. Redaksi sebatas menyediakan ruang berkarya dan mendukung setiap individu yang ingin berkarya. Hak cipta karya ada pada masing-masing kontributor. Redaksi hanya meminta izin pemuatan karya pada Lembar SARBI atau media lain yang berhubungan dengan kegiatan forum SARBI •




Pemimpin Redaksi


Arfan Fathoni

Monday, January 2, 2012

SARBI EDISI #5 DESEMBER 2011


Photobucket

Kamu bisa mendownloadnya disini Klik


--KONTRIBUTOR--


KULIT MUKA
1. Adrian Borgan, Romania

http://www.adrianborda.com/


PENULIS
1. Yuyun Yudhistira,Batam
2. Nurel Javissyarqi, Lamongan
3. Didi Arsandi, Lampung
4. Haz Algebra,Manado
http://hazbook.blogspot.com/
5. A.Ganjar Sudibyo, Semarang
www.ganzpecandukata.blogspot.com.
6. Syaiful Alim, Malang
7. Dian Prima, Malang
8. John Kuan, Jakarta
9. Nurmansyah, Surabaya
http://jalankertas.blogspot.com/


PERUPA
1. Patricius Hartono,Yogyakarta
2. Aditya Tirtanagara,Solo
http://shadowness7.com/adithtirta
3. Rachmad Sofyan,Surabaya
http://www.wix.com/rsofyan/portfolio
4. Ivan Seftiyandhi Nugraha,Sukabumi
http://treize09.daportfolio.com/
5. Liliana Sabato, Jerman
http://sprouse-artwork.deviantart.com/
6. Joe Rock, Jakarta
http://www.facebook.com/joe.sampouw
7. Dietrich Rosteck, Ontario,Kanada
http://www.flickr.com/photos/captainrosteck/
8. Thero Makepe, Gaborone,Botswana
http://theromakepe.deviantart.com/
9 Ir. Soegeng Prajitno, Sidoarjo


Versi Cetak Hitam Putih:

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket


*Kritik, saran dan semua yang hendak dikirim perihal SARBI dapat dialamatkan ke sarbikita@gmail.com


TERIMA KASIH

SARBI EDISI #4 AGUSTUS 2011


Photobucket

Kamu bisa mendownloadnya disini Klik


--KONTRIBUTOR--


KULIT MUKA
1. Muhammad ali Zakki, Sidoarjo



Seni Visual
1. Reza Maulana, Surabaya
2. Nurul Putri,Surabaya
3. Deni Dessastra,Singkawang-Kalimantan Barat
4. Vasilis Protopapas, Greece
5. DENNY BUDI SUSETYO, Malang
6. DANIELE CAPES, France
8. SUDHEER URALATH, Kerala, India
9. Rian Saputra, Jakarta Selatan


Penulis
1. Diekey LaliJiwo,Jember
2. Nanang Suryadi, Malang
3. Salamet Wahedi, Jogjakarta
4. Bunda Djibril Djuhra,Medan
5. Budhi Setyawan, Jakarta Selatan
6. Indra Tjahyadi,Ponorogo
7. I Putu Gede Pradipta, Bali
8. Arfan Fathoni, Ponorogo
9. Heru Emka, Semarang.


Versi Cetak Hitam Putih:

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

*Kritik, saran dan semua yang hendak dikirim perihal SARBI dapat dialamatkan ke sarbikita@gmail.com


TERIMA KASIH

SARBI EDISI #3 FEBRUARI 2011



Photobucket



Kamu bisa mendownloadnya disini Klik


--KONTRIBUTOR--


KULIT MUKA 1. Rayi Christian Wicaksono


Seni Visual
1. Andi Surya Nusa, Sidoarjo
2. Agustinus Adi Budojo, Bandung
3. Ry an/mightymonkey, Yogyakarta
4. Pramudya Tony Mahendra, Jakarta
5. Maxia Ellia Kalangi, Jawa Barat
6. Andhika Nugraha, Jakarta
7. Lixiviandro Indra Harinanda, Bogor
8. Sigit Santosa, Jakarta

Penulis
1. Umar Fauzi Ballah, Bangkalan
2. Arther Panther Olii, Manado
3. Mochammad Asrori, Jombang
4. Fitri Yani, Lampung
5. Nurani Soyo mukti
6. Dedy Tri Riyadi, Jakarta
7. Pringadi Abdi Surya
8. Fitra Anugerah, Bekasi
9. Dian Prima, Malang


Versi Cetak Hitam Putih:

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

SARBI EDISI #2 OKTOBER 2010


Photobucket

Kamu bisa mendownloadnya disini
Klik


--KONTRIBUTOR--

KULIT MUKA
1. Aditya Wijanarko,Jakarta.

www.aditya4art.deviantart.com


ILUSTRATOR
1. Nani Puspasari, Melbourne, Australia.
www.designani.net
2. Tito yusuf, Bandung.
www.titoyusuf.deviantart.com
3. Budiono tri, Bandung,
www.azyuratrix.deviantart.com
4. Hanif Ikhwanto, Bandung
www.haneep.deviantart.com
5. Anca Sangadji, Jakarta
www.malonahuai.com
6. Priska Nur Asriani, Bandung
www.peek-a-bow.deviantart.com
7. Dina Prasetyawan aka Kooky Love, Semarang
8. Ayib makmun arif, Yogyakarta.
www.ayib.daportfolio.com


PENULIS
1. Tri Subhi Abdillah, Jakarta
2. Dadang Yudiantoro, Blitar
3. Yusuf Ariel Hakim,Surabaya
4. Yuswan Taufiq, Surabaya.
5. Ferdi Afrar,Sidoarjo.
www.tamanrahasia.blogspot.com
6. Angga Priandi, Surabaya
7. Heru Susanto, Surabaya.
8. RA Hartyanto, Bangkalan.
9. Dadang Ari Murtono,Mojokerto
10. Nur Chasanah, Jombang
11. Dody Kristianto, Sidoarjo


Versi Cetak hitam putih:

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket

Photobucket



*Kritik, saran dan semua yang hendak dikirim perihal SARBI dapat dialamatkan ke sarbikita@gmail.com


TERIMA KASIH

Sunday, January 1, 2012

KISAH SEBUAH CELANA PENDEK

Photobucket

Cerpen Idrus

Tepat pada hari Pearl Harbour diserang Jepang, Kusno dibelikan ayahnya sebuah celana pendek. Celana kepar 1001, made in Italia.

Pak Kusno buta politk. Tak tahu ia, betapa besarnya arti penyerangan itu. Yang diketahuinya hanya, bahwa anaknya sudah tidak mempunya celana lagi yang pantas dipakai. Setiap orang yang sedikit banyak kenal politik di seluruh dunia mengernyitkan keningnya, karena dendam, karena khawatir, karena marah. Tapi Pak Kusno tersenyum senang pada hari itu. Ia telah berhasil, apa yang disangkanya 'semua sesuatu yang tidak bisa, membelikan Kusno sebuah celana pendek.

Pada waktu itu Kusno berusia 14 tahun. Baru tamat sekolah rakyat. Sekarang hendak melamar pekerjaan. Dan dengan celana baru, rasanya baginya segala pekerjaan terbuka. Ia akan membuktikan kepada ayahnya, bahwa ia adalah anak yang tahu membalas guna. Pendek kata, keluarga Kusno pada hari itu bergirang hati seperti belum pernah sebelum itu. Dan kabar-kabar tentang Pearl Harbour tidak bergema sedikit pun juga dalam hati orang-orang sederhana ini.

Demikian benarlah ucapan, hanya orang besar-besar yang mau perang, rakyat sederhana mau damai cuma!

Tapi Kusno tak selekas seperti sangkaannya mendapat pekerjaan. Kantor-kantor tahu, apa arti penyerangan Pulau Mutiara itu. Mereka tidak menerima seorang pekerja baru pun juga lagi. Di atas kantor itu bergumpal awan hitam dan dari sela-sela awan itu menjulur muka malaikatmaut.

Kusno terpaksa menurunkan harga dagangannya, dari juru tulis menjadi portir dan dari portir menjadi opas. Dan setelah sepuluh kantor dinaikinya, akhirnya berhasil juga ia mendapatkan sebuah pekerjaan ... sebagai opas. Dengan gaji sepuluh rupiah sebulan.

Pak Kusno bersusah hati. Ia sendiri seorang opas. Mestikah anaknya menjadi opas lagi? Dan anak Kusno kelak opas pula? Turun temurun menjadi opas? Tidak pernah tercita-cita olehnya, keluarganya akan menjadi keluarga opas. Tapi, seperti juga orang-orang kampung lain dalam kesusahan, Pak Kusno ingat kepada Tuhan, manusia berusaha, Tuhan menentukan!

Kusno bekerja dengan rajin, tapi celana kepar 1001-nya bertambah lama bertambah pudar, karena sering kena cuci. Setiap bulan ia berharap akan dapat membeli sebuah celana baru, tapi uang yang sepuluh rupiah itu untuk makan saja pun tak mencukupi. Dengan sendirinya kepar 1001 bertambah sering harus dicuci, dan setiap kena cuci, rupanya bertambah mengkhawatirkan.

Seluruh pikiran Kusno tertuju pada celana itu. Apakah yang terjadi dengan dirinya, jika celana itu sudah tidak bisa dipakai lagi? Setiap hari ia mendoa, agar Tuhan jangan menurunkan hujan. Dan jika hujan turun juga, Kusno dengan hati kembang kempis melihat kepada celananya, seperti seorang ibu melihat kepada anaknya yang hendak dilepas ke medan peperangan.

Kepar 1001. 1 x 1 = 1. Dan berapakah 1 - 1?

Kalau pikiran Kusno mengenangkan celana 1001 ini. Apalagi kalau tidak ada uang pembeli sabun, sedang celana lagi kotor.

Tidak, rakyat sederhana tidak mau perang, ia hanya mau hidup sederhaana dan hidup bebas dari ketakutan esok hari tidak mempunyai celana.

Tapi orang tinggi-tinggi dan besar-besar mau perang, yang satu untuk demokrasi yang lain untuk kemakmuran bersama di Asia Timur Raya.

Kusno tidak tahu arti demokrasi dan perkataan kemakmuran sangat menarik hatinya. Ia sebenarnya ingat kepada celananya. Kemakmuran berarti baginya celana. Dan sebab itu disambutnya tentara Jepang dengan peluk cium dan salaman tangan.

Dan seperti kebanyakan bangsa Indonesia hidup dengan pengharapan akan kemerdekaan, Kusno hidup dengan pengharapan akan celana baru, terus-menerus berharap selama tiga setengah tahun.

Tapi seperti juga kemerdakaan itu, celana itu pun tak terbayang. Dan waktu Kusno melepaskan harapannya itu, celana 1001 itu sudah tidak seperti celana lagi. Di sana-sini benangnya sudah keluar dan apa yang dulunya putih, sekarang sudah kuning kehitam-hitaman. Dan karena itu tidak pantas lagi dipakai oleh seorang opas. Waktu Kusno memberanikan hatinya meminta kepada sepnya, ia dibentak demikian hebatnya sehingga pada waktu itu hilang semangatnya.

Dia datang juga beberapa hari lagi ke kantor, tapi akhirnya malunya berkuasa atas gaji yang sepuluh rupiah itu dan ia pun minta berhenti.

Hari kemudian gelap bagi Kusno. Tapi sekarang ia lepas bebas dari malu yang mencoret mukanya. Ia tahu, bahwa hari gelap dan maha menakutkan akan menimpa dia. Tapi Tuhan maha pengasih dan pemurah. Demikian keyakinan Kusno.

Pada suatu hari Kusno sakit kepala. Ia tahu, bahwa sakit kepala itu segera akan hilang, jika ia dapat mengisi perutnya. Dua hari dua malam tak ada lain yang dimakannya selain daun-daun kayu. Ada terlayang di pikirannya untuk menjual celana 1001 itu, guna membeli sekedar makanan yang pantas dimakan manusia. Tapi lekas dibuangnya pikiran itu. Jika celana itu dijualnya, perutnya kenyang buat beberapa detik, tapi sesudah itu dengan apa akan ditutupnya auratnya? Sekali pula ada niatnya untuk mencuri barang orang lain, tapi Tuhan berkata, jahui dirimu dari curi mencuri. Dan keluarga Kusno turun temurun takut kepada Tuhan itu, sungguhpun belum pernah dilihatnya.

Begitulah Kusno tidak menjual celana, tidak mencuri, sering sakit kepala dan hidup dengan daun-daun kayu. Tapi ia hidup terus, sengsara memang, tapi hidup dengan bangga.

Tentang celana kepar 1001 itu, tak ada yang akan diceritakan lagi. Pada suatu kali ia pasti hilang di muka bumi, seperti juga Kusno akan hilang dari muka bumi. Dan mungkinkah ia bersama-sama dengan Kusno hilang dari muka bumi ini?

Tapi bagaimana pun juga, Kusno tak akan putus asa. Ia dilahirkan dalam kesengsaraan, hidup bersama kesengsaraan. Dan meskipun celana 1001-nya lenyap menjadi topo, Kusno akan bersuang terus melawan kesengsaraan, biarpun hanya guna mendapatkan sebuah celana kepar 1001 yang lain.

Hanya yang belum juga dapat dipahmakan Kusno ialah, mengapa selalu saja masih ada peperangan. Kusno merasa seorang yang dikorbankan.

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post