Syarat Mengurai Ikatan
Ini
bukan tentang adab sopan. Melucuti adalah tingkah wajar
Bagi
yang bertandang dan bersua dengan yang bersemayam.
Tapi
sungguh, tuntaskan dulu memindai hikayat ikat. Siram
Badan
kasat pandang dengan kewingitan kembang setaman.
Biar
sempurna benar malam penghanyutan. Biar tak bangun
Yang
sudah menerima talkin penghabisan. Ketahuilah, kupak
Pertama
membuka langkah menuju ia yang tak lagi sempurna.
Tak
perawan, tak bujang, tak ada yang tertinggal dalamingatan.
Tak
lagi ada silat lidah bila berjumpa. Cermatkan pula,awaskan
Gelagat
telinga. Sigapkanlah serupa radar. Yang kautuntaskan
Hanyalah
memgudar yang mengikat. Tak patut kau pamerkan
Kelihaian
menjamah yang berada di sebalik lembar. Harus pula
Kau
cergas membeda mana kaki mana kepala. Sebab beberapa
Depa
dari pandang. Beberapa langkah dari liang. Telah siaga
Sekian badan api yang ingin menandangi kaum pemijak bumi.
(2013)
Mufakat Memilah Sajak
Sebagai
penyair lapar berjagalah di pertengahan malam
Benar
pula, harus mampu kau memilah sajak yang tiba-tiba
Datang.
Bisa ia mencurigakan serupa seteru yang menyapa
Sembari
memamerkan ancang satu dua tingkah binatang
Amati
dan leburkan ke dalam sajak. Sebuah sapuan
Akan
serupa majas bening di permukaan. Tangkaslah
Memandang
mana tingkah kanan mana perangai kidal
Belah
udara keparat hingga menembus hakikat kata
Masuklah
ke dalam inti sebagaimana pemburu makna
Jangan
bimbang bulan terang itu membikin lapar badan
Bisa
jadi ia mula seteru yang harus diredakan
Angin
jahat pastilah menyimpan pesan kurang ajar.
Ditutupnya
segala jalan darah. Tapi selaku yang tabah
Dari
kekejian tak kasat, mantapkan itikad bertirakat
Jangan
sampai mata terpejam dan sajak luput selintas
Pandang.
Jangan sampai kau seolah cecunguk yang rubuh
Dalam
sekejap serang
(2013)
Perihal Tak Seimbang
Kamulah
yang mengasingkan yangmematikan.
Kamulah
yang menyimpan,mendiamkannya
agar
kelak yang banyak gertaktak lagi sesumbar
memamerkan
itikad galak.
Jika begitu, aku memilih beranjak dari tarung ini.
Sumpah.
Dengan kelihaianmelipat gunung
sekalipun,
badan tanggung initak dapat mengelak
gelagat
rahasia yang kamusemayamkan. Ini gelut
paling
serius.
Lebih liar dari pelor yang menggasak dada.
Lebih dengung dari meriam kompeni di hadap
wajah.
Silat
beracun yang kusimpanmungkin
perlawanan
kadaluarsa.Merinding leherku
bila
sampai kamu hentak tanah.
Yang
berdiam. Yang menunggupeluang
membikin
badan pingsan adalahyang kamu
undang
sebagai sekutu di jalanan.
Segala rupa kegaiban. Yang terjelek. Yang termursal.
Yang termiring. Yang tak lagi berbadan lengkap
pasti kelak menerkam dan menenggakku.
Sia-sia
pula segala hantam akulepas. Tak lagi berdaya
aku
ikat tenaga dalam. Ingat,lidahku lidah kaku
dan
tak kuat mengucapistighfar. Pastilah
mataku
sekadar disaratipenampakan yang berbadan,
tapi
tak mungkin kuterabasdengan tendang.
Demikianlah, aku telah terperangkap
dalam rupa tarung tak seimbang.
(2013)
Melepas Serdadu Gaib
Ke depan, kedepanlah.
Inilah
tingkah serdadu rahasia
menyelinap
dan merayap
Mungkin
ngibrit kadal kudis yang menantang
Juga
segala anjing buduk, kucing koreng,
hingga
centeng gagu pasti luput mengganggu.
Perayaan
ini sungguh syahdu. Aku bujang
yang
melepasmu. Seolah kau pacar
yang
menyeberang ke tanah jauh.
Tapi
sungguh. Jangan membaca ayat itu
atau
kalimat berapi yang akan mengafirkan tubuh.
Sebab
pagilah yang sejati menunggumu.
Dengan
penyiraman darah ke tubuhmu yang batu.
Maafkan
aku. Aku hanya dungu berbadan
yang
menunggu di belakangmu.
Ke depan, ke depanlah.
(2012)
Kenduri Ganjil
Bisa
pula kita sepasang yang asing :
Aku
di kamar, sedang kau ditampik
segala
pandang
Lalu,
kubiarkan diri menyeru langit,
tapi
kau berujar gelap.
Aku
percaya rumah, sementara kau berserah
untuk
yang rimbun tak kasat.
Sesungguhnya,
ini kenduri berdua. Tak ada mata
yang
ditinggal. Hingga unggunan di seberang
menyeru
namaku Mungkin pula mengutukmu
yang
disapih segala hikayat jauh.
Riuh
pula, bukan merintih,
hentak
rampak rebana, hingga dandang kelontengan
dang plak dung dangdung
(2012)
Mengurai Angin Ribut
Berkelokkah,
menukik, atau menikung?
Dengan
adab apa kita berhadapan?
Tentulah
kita tak harus mendelik
untuk
saling mengancam.
Aku
yang tengah siaga sendirian.
Dan
kau yang datang tiba-tiba.
Jangan
lagi berkelit bersama tangan jahat di udara
Pantaslah
ini dinamakan tarung rahasia.
Aku
bersama jurus dan tingkah manusia
Kau
yang lebih mengenal perilaku percik dan pijar.
Gerakmu
terbalik memusingku.
Sungguh,
telah kumasukkan jurus sekian
yang
tak habis menyentuhmu.
Aku
melepas lesat tercepat. Tapi dengan tanah
atau
kayu engkau bersekutu.
Benarlah
telah siap kau melebur tubuhku
Kau
bakar atau cebur melebihi jahat dunia.
(2012)
0 comments:
Post a Comment