Our Wonderful World by Carl Tait. Mural at Greenville, Spartanburg Airport. Gambar ini dicuplik dari situs greenvilledailyphoto.com. |
Out of Dream
di antara punya uang dan punya
utang terhampar padang impian:
pengharapan empat varian angka
dari empat belas kali pacuan kuda
menjelang subuh terbayang
di kabut pagi, tengah hari
terpampang: ”yang sejati itu dari gua,
pohon krowak atau pelupuk mimpi?”
”mana yang mungkin?” katamu. primbon
dan empat belas tafsir impen menyatakan:
mesjid itu pertanda kemakmuran. aula bagi
jama’ah yang senantiasa kenyang sendawa
petang hari aku melihat kamu pasang
jerat di cabang lurus pohon durian,
di surut matahari kamu menenggak portas
: menantang kereta tanpa talqin dan takbir
[katamu, ”sajak ini ditulis saat utang menggila
dan di luar: debt collector geram menunggu”]
1988/2008
Out of Physics
karena yang tampak itu yang menampakkan
diri dan yang menangkap tampakan; karena
yang terdengar itu yang bersuara, suara dan
yang menangkap suara dari yang bersuara itu
maka: apa nama dari kepastianmu tentang
”harum kesturi” di tengah kelam malam
bila kenangan dan prasangkamu akan ”harum
kesturi” itu bersikukuh memastikan akannya?
: seperti pukau ada di tempat yang telah ada
yang membuatmu tak merasa diadakan dan
semua tak akan dimusnahkanYang Mengadakan
[--buang bait ini kalau membuatmu jadi pening]
karena pengetahuan itu ihwal hal yang diketahui
dan siapa yang mengetahuinya, maka aku minta
Dia yang menyelenggarakan diskusi tahu muncul
: mengharap diajari ilmu di luar besaran ilmu alam
1988/2008
Out of Geology
–nirwan dewanto
di kaibab trail, di antara coconino plateau di titik
7260 kaki permukaan laut dan suspensiĆ³n bridge
di 2420 kaki, di atas rentangan lesu colorado river
: merenungi lapisan tanda perjalanan waktu di bumi
leluhur hualapai, leluhur havasupai, bahkan hopi
serta navayo–mungkin leluhurku juga–: bagai
elang melayang diusung udara panas, membubung
hingga bayangannya melintas pada dinding jurang,
mengeja-ngeja di lapisan tanah. bergegas di antara
tatapan dan kilat kamera pelancong berbaju katun,
yang abai pada pertanda: setelah 2 abad siapa yang
tetap perkasa pada permukaan bumi ciptaan manitou?
bumi yang carut-marut di antara rocky mountain
dan sierra nevada itu bernama colorado plateau:
bagai si kakek menidurkan grand canyon dengan
sponge, karang, kerang dan kapur. mungkin juga
mantra kebangkitan bagi dengki yang ditidurkan,
jadi granit bungkam yang lena di kedalaman dan
dihimpit pasir, jemu digencet dalam menanti tiba
kode jari waktu. bisakah ia tetap sabar dan tawakal?
di hadapan jam atomik yang abai akan fosil: manusia
hanya abstraksi. eksistensi hanyalah desir pasir-pasir
painted desert dihela angin dan sampai di reservation
–kemashuran itu hanya sisa debu di sela kuku jari kaki
1988/2008
Beni Setia kini tinggal di Caruban, Jawa Timur. Menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Buku kumpulan puisinya adalah Legiun Asing (1987) dan Harendong (1996). Puisi-puisi diatas dijumput dari sajak-sajak-pertiwi.blogspot.com.
0 comments:
Post a Comment