Blogroll

Thursday, February 21, 2013

Buku Semusim di Neraka karya Arthur Rimbaud

 photo _MG_0488copy_zps4bb35493.jpg

 photo _MG_0510copy_zpsa327baaa.jpg

 photo _MG_0512copy_zps2c31e0a9.jpg

JEAN NICOLAS ARTHUR RIMBAUD adalah sebuah bintang jatuh di langit kesusastraan Perancis pada paruh kedua abad ke-19. Dia tiba-tiba melesat, merebut perhatian, dan kemudian padam begitu saja: tidak ada yang bisa melacak keberadaannya. Baru pada 1883 Rimbaud bisa dilacak lagi. Seorang importir kopi Arab yang sedang mudik ke Marseille dengan kapal bercerita kepada kenalannya tentang salah satu anak buahnyayang pendiam namun terampil bernama Arthur Rimbaud. Kenalan itu terperanjat: dia kenal Rimbaud dan mengingatnya sebagai penyair yang dua belas tahun sebelumnya melakukan debut yang "membius dan matang sebelum waktunya" di Paris. Ketika importir itu kembali ke kantornya di Aden, Yaman, dia ingin berbincang tentang kesusastraan dengan Rimbaud, tapi anak buahnya yang mantan penyair tenar itu menolak dan mengatakan bahwa puisi-puisinya "absurd, menggelikan, menjijikan". Rimbaud memang telah mengucapkan selamat tinggal untuk selama-lamanya kepada puisi di tahun 1874, ketika usianya belum lagi genap 2o tahun.

Puisi SEMUSIM DI NERAKA:

Dulu sekali, kalau ingatanku tak keliru, hidupku adalah pesta dansa di mana setiap hati menyingkapkan diri, di mana setiap anggur mengalir.

Suatu petang kudekap keindahan - dan kurenungkan ia dengan getir - dan kuhina dia.

Kutegapkan diri menentang keadilan.

Aku berlari. O tukang sihir, o kesengsaraan, o kebencian, kalian rawat harta bendaku!

Dalam diriku telah pudar semua harapan kemanusiaan. Dengan lompatan tangkas hewan buas, aku telah taklukkan dan cabik-cabik semua kegembiraan.

Aku telah panggil para algojo.Aku ingin musnah denga mengunyah popor senjata mereka. AKu telah undang wabah penyakit agar aku bisa megap-megap di pasir dan genangan darah. Kesengsaraan telah menjadi dewaku. Aku telah terjerumus di lumpur dan aku keringkan diri di udara yang tercemar kejahatan. Aku telah mainkan peran si dungu hingga hampir gila.

Dan musim semi membawakanku tawa mengerikan seorang dungu.

Kini, ketika kudapati diriku siap membusuk, aku berpikir untuk mencari kunci kepada pesta dansa yang dulu itu, mungkin bisa kutemukan keyakinan lagi.

Kuncinya adalah kemurahan hati - ini menunjukkan kalau aku sedang bermimpi!

"Kau akan tetap menjadi heyna, dan sebagainya ...," seru iblis yang dulu pernah memahkotaiku dengan bunga popi yang cantik. "Carilah kematian dengan seluruh  gairahmu, dan semua kecintaan pada diri, dan Tujuh Dosa Tak Terampuni."

Ah! Aku terlalu berlebihan: namun, Setan tersayang, kumohon jangan risau! Dan sementara menunggu beberapa kepengecutan yang terlambat tiba, karena kau menghargai kurangnya bakat deskriptif atau didaktik dalam diri seorang penulis, kuberikan kepadamu beberapa halaman dungu dari buku harian milik Jiwa Yang Terkutuk.

jadis, sije me souviensbien...     

___________________________________________ 


Data Buku:

Penerjemah : An Ismanto

86 hlm, 12.5x19 cm
Cetakan Pertama: Desember 2012

Penerbit:

MK ART BOOKS
Jl. Bimo Kurdo No. 8 Sapen
Yogyakarta
081802717528

Distributor:

Jualan Buku Sastra
www.jualbukusastra.blogspot.com


Cara Memesan Buku

1. Untuk memesan buku, anda tinggal memastikannya dengan mengubungi 081802717528 untuk memastikan judul, tempat dan persediaan buku.

2. Transfer harga buku ke  

      No rekening 0117443522 

      BNI Cabang UGM 

      Atas Nama Indrian Toni 

 sesuai harga buku + ongkos kirim sesuai kesepakatan.

3. Konfirmasi dan kirim alamat

4. Buku siap kami antar.


@ Redaktur SARBI: Ferdi Afrar

    




2 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post