Blogroll

Thursday, March 7, 2013

Puisi Dody Kristianto, Kompas 13 Januari 2013

 photo _MG_0564copy_zps99c9e5e0.jpg


Jurus Menunggang

Bahasamu adalah mengangkangi, menumpangi. Maka tuntaskanlah beberapa siasat :

siasat tenang, siasat mengekang, siasat diam, hingga siasat berdendang agar tak sampai segala kesetanan bertandang. Segalanya tak lebih dari siasat singkat.

Semua semata untukmu, yang membuatnya di bawah dan tertaklukkan. Jangan menunggunya hingga giras dan melontarmu ke segala arah.

Kuatkan pula ancangan yang telah diwariskan para moyang. Pandangan ke depan, sesekali melirik kiri dan kanan.
Jangan pernah kau palingkan muka
ke belakang. Jangan pernah.

Semua demi segala demit yang menunggumu. Demit yang menjebak dan menyiapkan sial agar kau yang menyimpan kebaikan gerak tak banyak berlagak.

Mulakan semua dengan ketenangan, mulakanlah dengan sikap seupama kapal karam. Agar ia tak sampai berontak, lagi tak menyentak dengan langgam badan mahagalak.

(2012)  


Jurus Menjelang Tumbang

Inilah jurus menjelang tumbang :

kau yang terpuruk di pojokan. setelah terhempas
tonjokan tangan kidal. tapi kau ingin membalas
dengan sisa tenaga selembut tisu
dengan ancangan sekuat lidi
dengan pukulan selesat siput
di atasmu, bintang-bintang datang mendekat
di matamu, bulan merah pudar setengah kelam

tapi, kau tak ingin malu oleh pesilat muka tikus
kau tak mau takluk oleh jurus sapuan
bangau ngantuk. kau ingin tetap menghajarnya,
meski wajahmu tak tercetak di depan cermin lagi
berkuda-kudalah. siapkan seribu pukulan
pukulan dua tiga empat hanya lewat dari badan
sang penantang. tepatkan pula tendangan,
tendang yang melesat jauh di atas kepala sang penghajar

mengertilah, kau hanya tinggal menunggu ia
mendaratkan jotos pamungkas. jotos yang ingin berpulang
tepat di jantung. di tempat yang tak lagi dapat kau lindungi
dengan gelibat bertahanmu

(2012)
  
Menangkal Sawan
Yang kutakutkan adalah kau.
Telah jitu kutangkal gerak galak naga air.
Juga dapat kuringkus macan geni
yang memberiku seribu tikam pada badan.

Tapi untukmu, pergulatan beralih liat.
Kau teramat lihai menaruh beling di perutku.
Atau paku di jantungku. Membuatnya bergoyang,
bergelantungan saat kuancang sebuah tinjuan.

Kuda-kudaku bolehlah terpasang tegap,
tapi kau cukup meniup sawan. Anasir angin
akan mengantar yang rawan itu masuk ke dalam,
lalu pencar di luaran. Mereka akan berulah
semacam pendekar ganas yang mengincar.

Aih, kau penebar kejahatan di udara.
Petenung yang tak habis kuganyang
dalam satu tonjokan tajam.

(2012)

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post