Blogroll

Monday, August 12, 2013

Puisi-Puisi Hafiz Al Shirazi

 photo CalligraphybyHassanMassoudy_islamic-artsorg__copy_zpse997c91f.jpg 
Kaligrafi karya Hassan Massoudy koleksi Islamic Art

1
Pipi bersimbah mawar, tudung molek
Kembang bumi, ah itu sudah cukup bagiku!
Rindang bayang cemara, yang nyusut dan ngembang
Di padang, Itu saja sudah cukup bagiku.
Aku bukan pencinta kemunafikan:
Dari segala kekayaan yang dibanggakan dunia
Hanya anggur secawan kujunjung tinggi
Dan itu sudah cukup bagiku.

Bagi mereka yang harum namanya sebab bijak
Adalah istana di sorga  pahalanya
Tapi bagiku, pemabuk dan penadah rahmat Tuhan
Beri saja menara Anggur  menjulang!
Di tepi sungai  aku ‘kan duduk, beralas babut rumput
Hidup, di puncak nikmat, kubiarkan melenggang pergi
Dan hari-hari yang remeh ini tak kupeduli
Dan itu sudah cukup bagiku.

Lihat segala emas di pasar dunia
Lihat segala air mata yang disemburkan dunia
Tidakkah itu cukup bagi hatimu rindu?
Aku telah banyak kehilangan, namun banyak pula yang kudapat
Kumiliki cinta, kugenggam erat, apa lagi
Yang dapat kuperoleh? Kekayaanku adalah rasa nikmat
Bersahabat dengan dia, yang bibirnya merah merekah
Dan begitu berahi mengecup bibirku.

Kumohon jangan bawa hatiku telanjang
Dari rumah hinanya menuju sorga!
Walau langit dan bumi akan membuka gulungannya
Rohku akan terbang balik menuju rumahku
Dan di pintu kismet Hafiz pun terbaring
Tiada keluh di bibirnya – jiwanya bagai air jernih.
Sebuah lagu terdengar lalu lenyap dari telinganya
Dan itu sudah cukup bagiku

3
Kemurungan dan kegembiraan akan datang
Dengan bangga akan memamerkan rasa persaudaraannya
Tak beda milih yang satu di antara yang lainnya
Kelak kau akan tersiksa juga olehnya
Siapa tahu rahasia Tabir? Coba buka!
Sorga saja membisu dan bersama Tuhan
Menggenggam tirai itu erat-erat
Wahai pembual, hati-hatilah kau bicara

Walau hamba-hamba Tuhan kehilangan jalan dan sesat
Melalui derita akan diajarinya ia kearifan
Segala ampunan dan kasih sayang
Adalah kata-kata kosong tanpa makna
Pemabuk ini hanya inginkan anggur Telaga Kautsar
Dan Hafiz, lihat! Untukmu telah terhidang
Cawan bumi, rahmat pilihan dari Tuhan!

6
Tapi apa yang kauharapkan dariku
Aku ini orang mabuk, jangan harapkan dariku
Aku telah meneguk anggur dari cawannya
Sejak hari Alastu, sejak aku mengambil wuduk
Di telaga asyik masyuk
Lalu kutakbirkan empat kali
Kolong langit atas segala yang ada ini
Karena itu jika kau inginkan
Rahasia ketentuan yang menyebabkan aku linglung dan mabuk
Hidangi aku gelas putih cawan anggur cerlang
Hingga gunung menjadi lebih ringan dari nyamuk

Wahai Saqi, pemuja anggur
Biarlah mulutmu berbusa penebus nyawamu
Di taman penglihatanku kebunku tak menumbuhkan alam
Yang lebih indah dari duri di tengah bunga
Tidaklah tenteram hidup di bawah kolong langit ini
Tanpa Tuhan, tanpa anggur-Nya
Bagai sekuntum kembang layu terkulai
Disapu angin derita

Tuhan, Hafiz rindu kepada-Mu
Lebih dari nabi Sulaiman
Hafiz rindu pada-Mu walau tangannya
Tak mendapat apa-apa kecuali angin
Hafiz rindu kepada-Mu

Hafiz Al Shirazi (penyair) atau Khwajeh Shams al-Din Muhammad Hafez-e Shirazi (خواجه شمس‌الدین محمد حافظ شیرازی dalam Bahasa Persia) lahir sekitar tahun 1320 M di Syraz, sebuah kota indah di Persia Selatan. Dia menghabiskan hampir seluruh kehidupannya di kota taman yang berbudaya ini. Ia banyak mempelajari karya-karya dari Sa'di al-Syirazi, Farid al-Din al-Aththar, dan Jalaluddin Rumi. Karenanya, wajar apabila dalam karya-karya Hafidz terdapat berbagai serpihan dari karya-karya tokoh-tokoh sebelumnya. Beberapa karyanya (puisi dan prosanya) menunjukkan kekritisan Hafiz terhadap kekuasaan yang saat itu dipenuhi friksi dan korup, yang pada saatnya dijadikan alasan para penguasa untuk menyingkirkan Hafidz dari lingkaran Istana. Beberapa kali Hafidz dibuang (diasingkan) dan keluar dari Syiraz. Puncaknya adalah ketika ia kehilangan anak satu-satunya, ketika mereka pada masa buangan. Kehilangan anaknya ini telah "memukul" Hafidz pada kesedihan mendalam. Namun, pada sisi lain, kehilangan ini merupakan "titik picu" dari produktivitas karya-karyanya. Hafiz wafat pada tahun 1390 M.

NB : Puisi di atas diterjemahkan oleh Prof. Abdul Hadi WM. Dari Prof. Abdul Hadi WM, terjemahan ini memang tanpa judul. Sementara secuplik riwayat Hafiz dinukil dari blog sastra-muslim.blogspot.com milik Deden Rusmana, dosen pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD.

Redaktur SARBI: Dody kristianto

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post