Blogroll

Monday, April 2, 2012

PUISI DODY KRISTIANTO, KOMPAS 25 MARET 2012

Photobucket



Perihal Kalah Bertarung

Bagaimana bila jurus dan siasatmu yang paling ampuh tak mampu menggoyahkan ia? Memindah ia dari berdirinya.

Atau jika belukar dan bebatang tinggi menolak menjagamu, menyamarkanmu dari tatapannya yang berjaga.

Tentu kamu lebih menunggu geludug di langit  bertandang dan menyambarnya yang masih memainkan jurus yang tak mampu kamu elakkan.

Kamu yang telah memainkan segala senjata, yang menunjukkan itikad menyentuh bagian jantungnya. Semua muslihatmu telah ia kira, telah ia hitung sampai pada tusukan pedangmu yang terhalus.

Tentu ia lebih banyak mendaras kitab dibanding kamu yang hanya sampai mengejanya.

Maka, biar jurusnya menghampirimu. Pasrah saja. Namun, amati segala tingkah yang disimpan tinju itu. Kamu tentu tak menduga bila tinjunya melepas bayangan yang ingin meninggalkan jejak memar pada dadamu.

Atau bila tiba-tiba telapak itu berubah pedang, menyentuh dan meninggalkan sayatan atau irisan pada kulitmu.

Semua tingkah lakunya tentu kamu simpan dalam kenangan. Kelak, kamu berharap akan berjumpa lagi dengannya. Mengembalikan segala memar dan luka yang ia tinggalkan.

Tentu saja kamu harus mengucap doa agar jurus termahirnya tidak menyentuh tubuh dalammu dan membalikmu menuju tanah yang tak pernah kamu rasa.

Bila demikian, kamu tentu mengucap selamat tinggal bukan?

(2012)


Melatih Pukulan Kidal

bukan adab sopan itu
yang kamu cemaskan benar bukan
tapi bagaimana yang tak imbang ini
kini sejalan

selaras dalam gerak, menyatu dalam sajak
hingga yang terlihat ialah sepasang hantam
paling rancak

kuatkanlah, sebagaimana kamu mengenali
tangan kananmu yang sanggup memecah batu

pertama
bila mampu keraskan ia
hingga sebuah martil
tak sanggup menggoyang keteguhannya

kedua
ia sungguh perlu lemas
ia perlu mengambang namun mematikan
ia perlu mengenal bagaimana ular yang tenang 
sanggup melemahkan seekor macan

ia perlu belajar ihwal keluwesan
pada dedaun yang sudah hilang hijaunya
dan tinggal menunggu waktu pulang ke tanah

(2012)

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post