SARBI ingin menyajikan puisi-puisi dari para penyair terkemuka Indonesia. Salah satunya adalah Subagio Sastrowardoyo. Berikut beberapa puisi pilihan Subagio Sastrowardoyo dalam kumpulan Keroncong Motinggo. Selamat membaca.
Kejatuhan
Di daerah mimpi
nyawaku berdiri sebagai pohon hitam
dengan buah-buah getir bergantung di dahan
Hanya ular yang menjaga tahu akan rasanya
Perempuan yang telah kehilangan selera:
jangan masuk taman terlarang
atau akan bangun aku tersentak
menyaksikan diri telanjang
Atau cukup lebarkah tanganmu
untuk menutup lobang malu?
Nuh
Kadang-kadang
di tengah keramaian pesta
atau waktu sendiri berjalan di gurun
terdengar debur laut
menghempas karang
Aku tahu pasti
sehabis mengembara
dan bercengkerama di kota
aku akan kembali ke pantai
memenuhi janji
Sekali ini tidak akan ada pelarian
atau perlawanan
Kapal terakhir terdampar di pasir
Aku akan menyerah diam
waktu air membenam
Sayap Patah
sejak berdiam di kota
hati yang memberontak
telah menjadi jinak
kini pekerjaan tinggal
membaca di kamar
barang dua-tiga sajak
atau memperbaiki pagar di halaman
(yang sudah mulai rusak)
atau menyuapi anak
waktu menangis karena lapar
kadang-kadang juga memuji istri
memakai baju yang baru dibeli
-- meneropong bintang
bukan lagi menjadi hobi –
hanya sesekali di muka kaca
aku berkata menghibur diri:
bidadari! sayapmu patah
sekali waktu akan pulih kembali
Jika Hari Rembang Petang
Jika hari rembang petang
tidak berarti permainan bakal selesai
dan boleh tinggalkan gelanggang
hanya peranan bertukar
dari pemain di dalam
menjadi penonton di luar
kita lantas memasuki ruang penuh cahaya
dan melihat bayang
terlempar di layar
kita bisa jaga dan menatap semalam suntuk
hari sudah tinggi
kau tak berbenah?
di bawah bayang senja
setiap barang nampak indah
muka-muka yang lelah
berbinar di redup sinar
di antara kita berdua, kekasih
siapa dulu akan terkapar?
Pasrah
Demi malam yang ramah
aku berjanji akan menyerah
kepada angin
yang menyisir tepi hari
Di pinggir lembah
aku akan diam terbaring
Yang membuat aku takut
hanya bulan di sela ranting
yang memperdalam hening
Tentang Subagio Sastrowardojo
Subagio Sastrowardojo lahir di Madiun,
pada 1 Februari 1924. Karirnya di dunia seni dimulai pada zaman revolusi dengan
menyanyi dan melukis. Baru tahun limapuluhan mulai menulis cerpen, sajak dan
esai. Ia sempat memperdalam pengetahuannya dalam bidang sastra dan teater di
Yale University. Dan saat ini (maksudnya sekitar tahun terbit buku ini, 1975),
ia tinggal di Adelaide, Australia, mengajar bahasa dan sastra Indonesia di
sana. Kumpulan puisinya, Simphoni (1957), Daerah Perbatasan
(1970), Hari dan Hara (...). Kumpulan cerpennya Kejantanan di Sumbing
(1965). Esainya Bakat Alam dan Intelektualisme (1972).
sumber: www. kepadapuisi.blogspot.com
0 comments:
Post a Comment