Blogroll

Monday, November 18, 2013

Puisi Dody Kristianto, Kompas 10 November 2013

 photo _MG_0615copy_zps2ee80005.jpg



Pelari Katai

kaki semenjana, tungkai nan rentan,
tapak yang kadang goyah. dengan
kiat apa kau bersanding dengan sang kidal
di gelanggang? bermohonlah 

pada begawan agar mambang segala ranah
memasuki tubuh. sebelum kau seru,
sebelum kau tantang ia lantang-lantang. 
lantas, mantra kudakah yang kau mantapkan

dalam badan? ancanganmu yang sederhana
harus tetap liat dan giras. jangan disangkal bila
gerak awal yang tak kukuh telah bermukim
di badan. tak akan paham sekujur tubuh

menopang kesempurnaan ancangan. bisa jadi,
dengan rona diam sang kidal menyalipmu dari kejauhan.
ia yang berdamai dengan jarak, yang berbisik dengan jalan,
yang berlalu dengan gerak kompak selanggam

adalah yang bakal menuntaskan balap dengan segenap
kesempurnaan. menjauhlah, menjauh segera. langkah
kurangmu tentu menyiksa tubuh. taklah ia selanyah
bahasa kilat. mungkin benar dalam pandangan,

sekian langkah ia tertinggal di belakang. namun,
kidal memanglah kidal. langkah pendek yang teguh
tetap tak kukuh meredakannya. tak cukup hentak
beberapa depa berselang badan. masih kurang meski

kau berserah pada kegaiban. mubazirlah rajah bersemayam
dalam kaki kiri kanan. lekas urungkan, cukupkan
hingga pertengahan belaka, mundur saja perlahan
dari gelanggang yang muskil kau tuntaskan.

(2013)


Perihal Menyaluti Pedal

Yang diluputi sajak. Yang abai dari rima.
Yang tak abadi dalam bahasa

Bukankah kau yang bernama pedal?
Yang menjunjung kami dalam
Lenanya kayuhan. Sungguh mulia
Ketelentanganmu yang sabar

Lagi maha menanggung beban.
Berserah pasti tubuh tambun ini
Dalam langgam selaras namun lamban.
Lamat saja. Jangan ada gelagat tergesa.

Bukankah badan lupa pulang ini
Perlu dituntun dengan benar.
Dengan laju lambat yang sebenar
Menyapa getar di sekitar.

Terima kasih. Kini kami sempurnakan
pasrah dan rebahmu. Bimbinglah
domba sesat jalan ini menuju
kepulangan yang abadi.

(2013)        



0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post