Blogroll

Friday, September 21, 2012

SAJAK-SAJAK ANGGA PRIANDI

Photobucket


Kupilih Melati I dan II
Kupilih Melati I

Kupilih melati
meski mawar penuh getar
atau kamboja tetap berbinar

Kupilih melati
bukan anggrek atau brokoli
bukan wortel atawa sawi

Ya, melati
sederhana, tapi anggun
manis penuh senyum
murah, tapi meriah
tidak mahal, tapi tetap mewah

mahkotanya putih terbawa mimpi. Aku tertatih. Merintih. Perih.
ingin bercumbu pada harap di atap
ingin menyunting sampai aku sinting
memohon pada pohon agar melahirkan melati lagi
karena aku tak ingin melihatnya mati, apalagi sampai muncul duri

Kupilih melati
bukan kaktus atawa pinus
bukan cemara atawa derita
karena kuyakin, melati pasti bahagia.


Kupilih Melati II

Kucium aroma ranum setiap daun
: senyum
putiknya indah berhias mahkota

Melati selalu membawa berkah
menjadi saksi saat pernikahan
menebar harum saat pemakaman
atau sekadar penghias pada film-film setan

Melati,
tak beristri
tak bersuami
tapi melahirkan generasi yang tetap wangi

Melati,
menyimpan mimpi para kekasih
memberi angan setiap kerinduan
menyisipkan kedamaian di semua harapan

Kamar, 13 Desember 2009, 3.42 am.
: untuk melati di seluruh negeri

Ini Bukan Puisi
Preambul
: Meri

Aku yang masuk kerongkonganmu
saat bibir kita menyatu
lidah kita saling menyapa
hidung kita saling membau

aku masih ingat nafasmu
nadimu
irama jantungmu
lubang hidungmu
kelopak matamu yang kupandang begitu dekat, kau mengatupkannya

andai kulukis, tak kan selesai meski dengan semua warna
andai kubaca, lidahku akan tetap terbata
andai kuungkap, tak akan terwujud meski dengan segala bahasa
andai kucerita, tak akan percaya karena kau adalah terindah

izinkan jiwa kita bermain di nirwana
menyentuh kuldi pemisah Adam-Hawa
tapi jangan dimakan, Sayang

ingin kuterima himanga darimu
karena aku bukan seorang hipokrit

ini adalah preambul
kuharap bukan terka di akhir tikam.

Simpul Senyum
: bungaku

telah kurangkai simpul
telah kubungkus seikat senyum yang tertuang dalam telaga
saat petuah menempel pada butir-butir cemburu
yang kau hadiahkan untukku

kuiris tipis keju di hatiku
bergumul dengan tulang-tulang daun kemuning itu
Sayang, aku ingin merajam malam agar mentari dan bulan bisa bersetubuh
di lembah yang tertuang nama kita
ya, hanya nama kita
tak ada yang lain

tak ada padi atau kemangi
tak ada duku atau mengkudu
tak ada kekasihmu, hanya kau dan aku

seperti saat aku menyusun rindu
saat kau memunguti kisah yang berserakan
di lemari
di kolong resah
di meja penuh cinta

bahkan aku pun tak tahu
ternyata melati cemburu
pada kelelawar pemberi penawar
sebuah tungku berisi altar sejarah masa senja

usia semakin renta
tak inginku dia terluka
bahkan oleh senyumku sendiri

Kamar, 30 Desember 2009 3.40 am.

*) Angga Priandi, seorang buruh pendidik di Surabaya. Penikmat Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI). Saat ini sedang mempersiapkan Chika The Series sebagai satu terbitan utuh.


Dimuat lembar sastra SARBI edisi 2, Oktober 2010




4 comments:

wah, puisinya kerennnn....qiqiqiqi

terima kasih telah berkomentar dan berapresiasi. Redaksi Sarbi

Wah, komentarnya mana lagi yaa...

Wah, komentarnya mana lagi yaa...

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post