Blogroll

Saturday, January 18, 2014

Puisi-Puisi Dody Kristianto di Jawa Pos, 29 Desember 2013

 photo 1512719_10201444355540241_1836760204_n_zps02fe74e2.jpg

Menyimak Ancangan Lesat
-          Teruntuk Midori Makibao

Demi depan belaka, demi yang tak mau terdahulukan,
demi yang enggan dilampaui bayangan sekalipun, kau
berwasiat tentang kebaikan cepat.

Percayalah, dengan kekukuhan kayuhan kaki. Langit
di kepala mungkin tak lebih dari buah jatuh yang makin
dekat. Percayalah, dengan kaki kiri kanan yang lihai
menggagahi pedal. Tanah di bawah seolah bersyahadat
mengangkat yang gemar berbalap.

Katakanlah, apa ini perilaku penyampai yang bermunajat
menibakan yang cepat dengan segenap keajaiban?

Sekali lagi, ingin kutampik pelbagai perihal gaib
dari pandangan sebelum kumulakan ibadah perlesatan.
Maka, sah dan halal kata-kata : segeralah menyingkir
tiga memedi di belakang, harus ngacir lima pocong yang baris
di pertengahan lintasan, lebih-lebih, wajib tersalip sepasang
danyang yang mengurus laju jalan depan.

Sebab, lawan yang sesungguh sebenarnya kegamangan
saat badan diterabas angin liar. Oh, anasir gila sasar
yang merusuhi rima dan langgam jalan sebelum belokan.

(2013)
 
Pit Ontel Kami

Selaku tukang besi terberkatilah engkau. Telah terperdaya lempeng
di depan pandang. Tak akan ia melawan dan mengacungkan diri
serupa semua perihal tajam. Ia bukan lagi sebilah yang berdalih
menggurat yang mengganti anak muda itu di sesembahan. Bukan pula
ia yang menggores wajah, badan, hingga segala yang tak terlindung
dengan kekebalan.

Kini engkau yang tangguh dan sungguh hendak memberinya berkah.
Dengan tempahan panas namun mesra. Dengan pukulan bertenaga
lagi berirama. Dengan kerapian lekuk paling sopan yang pernah diraba
kaum penjelajah maka tertatalah ia sebagai yang menerima lagi tabah
di bawah. Kau itikadkan ia selaku yang yang harus tertaklukkan,
yang harus menerima dorong dan kayuhan.

Maka, terberkatilah kini separuh jalan kami. Telah pasrah ia dipasungi
rantai paling damai. Sepasang yang memutar bakal santai mengantar
tubuh kami. Tak sampai ia laknat meski pantat tambun kami menuntunnya
pada laju berbatu paling jahat di depan makam. Hingga, kami bersua
yang mendongak, jalan menanjak itu, yang gemar menyembunyikan petang
dan menyiapkan kuburan untuk kami yang sedikit nakal dan sesekali lupa
jalan ke rumah.

(2013)
 

Tuntunan Menjelang Balap

Cukupkan dengan yang di bawah merasa terkangkang. Gairahkan
gerak selaras kiri dan kanan. Kerik selalu lidah agar diksi basmalah
tak luput terucap. Bila telah purna benar semua dan tak ada yang
beranjak makar, maka lantangkan sesumbar pertama. Seru nama

penunggang yang tepat berada di seberang mata. Jangan lupa itikadkan
sabar meski lobang di gelanggang sudah piawai berjalan-jalan.
Lipatgandakan tingkah kencang sebagaimana kau pernah berkejaran
dengan seteru yang percaya pit ontel dan jaran afrika. Jangan berubah

jadi jago gagap walau yang kau tantang gemar bernawak anasir liar
dan perangkap gelap. Bila sampai putaran ini pada belokan tajam,
kenang kembali kitab segala pelan dan perlahan. Cergaslah mengingat
wasiat mengeja. Dari huruf pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya

betapa terentang semesta jarak. Pantang pula kau berlaku serupa yang
tergesa. Pacu daya di sekitar. Seimbangkan, seolah kaki ini lihai meniti.
Tuntun dan lanjutkan arah pada depan belaka. Tak ada yang harus kau
takutkan dari gelibat cepat ini. Yakinlah, ia sekadar angin yang lepas

dan terhempas di bidang dada.

(2013)
 

Kidung Bolt

Mulialah sepasang kaki jenjang dan kuat ini. Betapa tegak
Ia menapak, menyentak, serta mengantar badan dengan langgam
Paling lesat. Terberkati sungguh lajur mulus nan suci dari segala

Kerikil dan debu nyasar yang kurang ajar. Tertuntunlah sepasang kaki ini
Seolah ia menyapa kembaran di bawah sana, mengucap salam lagi melepas
Sekian safaat agar yang menjejak lekas tiba di garis sana. Selalulah siaga

Ancangan yang bersekutu dengan angin. Tak akan pusaran tak kasat mata
Itu berani menggempur kencang. Bukankah bidang dada seteguh baja ini
Akan menabrak, memecahnya, mengantar anasir lewat itu pulang

Ke segala arah. Lekas-lekas saja tersungkur dan terbelakang seteru
Di kiri kanan. Semoga pandang mereka disamarkan, disesatkan, serta
Dicanggungkan hingga taklah jauh berbeda garis akhir dan awalan.

(2013)

Muslihat Menelikung Kuda
Kuda tetaplah kuda. Untuk meredakannya, aku harus bersekutu
dengan angin. Tapi, rupanya bulan tak hendak jatuh dan angin
hanya serupa tetes terakhir hujan. Maka kupinjam bahasa rahasia
dari pawang. Hentaklah kaki berkali-kali. Batu mencoba melayang,
tapi tetap tak punya kehendak. Debu keluar terbang, tapi tak punya
luncur yang menghentak. Hingga yang paling tepat, aku bersiasat
dengan kerikil. Bisikan sederhana adalah peribahasanya. Memang
tak harus si cepat ditaklukkan dengan keliatan.

Tapi kuda tetaplah kuda. Aku harus mengakhirkannya. Benarlah.
Kaki lemah ini harus menerima sembur mesra dalam sekerjapan
malam. Oh, yang menjaga air segala air : kusambut air tujuh lautan,
sumur tua paling dalam, rawa remang tempat kunti bersarang.
Biar yang menunggu tanah tak lekas gegabah menyesap dan menahan
tapak dalam-dalam. Agar langkah ke depan seolah mengawang
tak menjejak. Dan jin iprit di genggaman gemar-gemarlah berucap
sawan. Semata demi menghambat langkah sang kuda yang tak terkawal
mata, yang harus dibikin lamat-lamat, yang tak harus menyentuh
akhiran lebih cepat.

Tapi benarlah, kuda tetaplah kuda.

(2013)


 

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post