Blogroll

Monday, January 7, 2013

sajak-sajak ARTHER PANTHER OLII

Photobucket
Foto karya Agustinus Adi Budojo untuk SARBI

Backspace


Kau mengundurkan kebenaran di dinding keraguan. Ini sebuah ketololan tak tertolong. Sekurang-kurangnya kau harus punya hitungan yang eksak demi tak sesaknya ruang pertanyaan nurani. Mimpi dan sekali lagi hanya mimpi kau sodorkan sebagai asumsi bahwa di sebelah kanan bilik jiwa adalah surga. Dan kita memang harus mencondongkan diri ke kanan meski tak ada penahan yang pualam bagi neraka kelam yang mudah saja runtuh sekat pintunya. Tapi, yah tapi sayang, iring-iringan abjad dosa tak hirau penawaran ampun di cakrawala doa. Tak pernah lapang jalan tuk kembali menghapus kebencian yang subur berbunga di kalbu kelabu.

Hanya jika memang harus kau undurkan kebenaran karena keraguan yang akan berganti kepastian, maka aku akan ikut dalam ketelodoran peran ini. Bersama-sama ; akan kita tunda kemenangan bagi cinta yang ikhlas melepas kebahagiaan tuk pergi berlari bersama perpisahan.

Gorontalo,05082010

Dua Dunia Lelaki A
I
Pada kenyataannya adalah airmata yang kehilangan mataair. Dia tak pernah benarbenar endapkan lara di kutub hati beku. Kelabu awan di bentang langit senja dipandangnya dalam diam yang cekam. Barangkali geram yang dieraminya tuk sebuah penolakan atas hakikinya sebagai seorang manusia. Dalam pemberhentiannya di tenggara yang asing, tertenggarai sebuah kisah tentang dendam pada waktu yang telah menelurkan asaasa tanpa sekalipun jua beritahukan bahwa esok menjemput tuk binasa.
Dia, lelaki A ; berhenti di tenggara, tuk memelihara dunianya yang anti huruhara. Anti segala darah. Dia hanya ingin berserah.
II
Pada sebuah ilusi yang berhasil gelapkan aura, gelora meronta mencari sebuah pelukan. Pelukan yang suburkan dosa. Leburkan rasa dalam keinginan tak terkendali. Dirinya, harus luruh dan tunduk pada hikayat malam yang menjerat segala nafsu. Tak ada arah yang menyembunyikan jejaknya. Tiada sedesir angin terbangkan rindunya. Tiada sejenak dia mampu meragu ; jika pilihan harus kembali adalah serupa lagu surga terbaik. Dia justru terbalik di sana. Jatuh dan tersungkur di haribaan malam yang kelam oleh pekat dosa.
Dia, lelaki A, menjemput malam, tuk memasuki dunianya yang menusuk bening jiwa. Merenggut semua hening mimpi. Dia disambut oleh kalah. Pun lelah tak terkira.

Gorontalo, 06122010.
Pas Midnite.

Melankolia Sekubik Pasir Kali

Dari kedalaman kali, aku dihadirkan. Digali, diangkut dan diantar menuju alamatmu. Takaranku urung berakar di dasar pikirmu. Hanya sebuah bangunan yang harus gegas berbentuk.  
Aku sangsi, apa kau pernah luangkan waktu tuk sebuah renungan akanku. Renungan sederhana tentang dengung celoteh harap para penambang yang pincang asa terpancang kemelaratan. Ganasnya kehidupan memperalat mereka sedemikian rupa. Mereka dibuat lupa hakikat sebuah keseimbangan alam. Yang mereka ingat dan terus dayakan hanyalah timbangan beratku.
Dan aku hadir sebagai sekubik pasir kali. Berfungsi menambal lubanglubang mimpi. Memperindah sudutsudut kebutuhan papanmu. Aku bisa lembut, halus dan kasar. Itu tergantung dari seberapa siaga kau menyambutku.
Musim berganti, penanggalan menua dan zaman tak lagi purba. Perubahan terjadi. Kali yang jadi rumahku menjadi secuil kenangan. Menengoklah kau ke sana. Susuri tepiannya. Kedalaman yang kering. Hening pedih menganga di sana. Dan mereka; sang penambang, tak lagi sanggup menghadirkanku. Yang terjadi, di hari yang kian pesat berlari mereka  hanya mampu menambang airmata mereka sendiri. Airmata yang asin oleh penyesalan. Demikian jugakah kau ?
Duh, aku tetap sangsi!

Gorontalo, 3122010.

Arther Panther Olii, lahir 07 Agustus di Manado, sekarang tinggal di Gorontalo. Puisinya Termuat dalam kumpulan Tarian Ilalang (Penerbit Kutu Buku Sampurna, 2010).

Dimuat lembar sastra SARBI edisi #3, Februari 2011

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post