Bila hanya menanam tubuhku, maka tanamlah.
Tapi jangan dengan cara sekadar.
Bila hanya itu dayamu, sungguh urungkan saja.
Aku selalu berjarak dari malam keramat.
Bila kau percaya akan hujan
serupa petarung pertama yang menyerang
maka kubur aku dengan kesempurnaan.
Dengan mengingat kepala
yang terpisah dari badan.
Jangan pernah mengenangku
serupa orang tamat, jangan menumpahkan darah
seolah kau petarung sempurna, jangan.
Yang kau pendam ini tak benar mati.
Aku menunggu saat diingatkan kilat yang nyasar,
dibangunkan dari tidur sementara.
Tentu keliru jika kau memendam
dengan tingkah yang benar sekadar.
(2012)
Kelihaian
Tubuh Api
Perihal
melayang yang kubilang sedang saja. Masih yakinkah kau bertentang memakai ilmu
terbang?
Aku ingin
mengulik semua yang tak kau sentuh. Dengan langgamku lamat lagi pelan, dengan
tingkahku perlahan namun tenang.
Kuimpikan anasir
gerak benar terpancang. Pada langkah pertama, pada ancang awalan, pada tendang
terarah.
Ketahuilah,
harus jeli aku mendaras kitab matahari. Agar panas itu berumah sempurna dan
pukulku yang lepas susah dihempas.
Bila tiba
pedih itu mendera badan, ingin aku nyatakan tubuhku tabah dirubung api.
Dan tak akan
mudah segala kelewang bermadah di hadap dada, “membukalah, menguaklah yang
diselubung pangkal angin, perlihatkan jantung dingin yang mesti lepas dan
tumpas.”
Jika sudah tak
mempan segala yang tajam bersarang, masihkah kau percaya pada ilmu terbang?
(2012)
Membalik Cakaran
Langkah yang salah, sebab cakaran telah bertandang
dan meninggalkan tanda. Tapi jangan bergeming
dan menunggu hingga terpinggir. Kau mengerti
bila amukannya belum benar reda. Segeralah kembali
pada langkah pertama, kuda-kuda semula
hingga mendekati serangannya tiba. Tahan.
Tunggu ia dekatkan hunjam tikam selanjutnya.
Bertabahlah. Berdiamlah bagai yang tak gentar
dengan gempuran pedang. Hanya yang tenang
yang akan mengingat gerak mengelak cakaran.
Jangan gegabah membikinnya terjotos. Jangan.
Ia yang membantai seratus jawara tentu menyimpan
satu tonjokan untukmu. Takkan ia keluarkan
beragam jurus hingga ancang bertahanmu benar terbuka.
Bila demikian, sia-sialah kau mengingat jurus-jurus awal,
yang benar kau ancang untuk petarung tak terkalahkan ini.
Sungguh jangan menuruti langkah gegabah. Bisa saja
kau serupa petarung tanggung yang mudah diredam olehnya.
(2012)
0 comments:
Post a Comment