Artwork by Gdefon
Bibir
mungkin aku mesti kembali
pada bibirmu yang dulu
yang rekah merah, bergulat
lelah basah serupa hujan singgah
namun beratuskali kecup,
tak lekas jadi obat mujarab
dusta itu liat dan keras
seperti pemanis sirup
semacam orang-orang di
televisi
berkabar mimpi-mimpi
korupsi
ah, apakah aku perlu
percaya lagi pada bibirmu?
seperti adam yang mencuri
lingkaran waktu
terjerat kenyal bibir hawa?
bahkan saat apel telah
dilumat sempurna
sepanjang letih diam
sebaris malam yang kukuh di
depan
aku tersaruk, menghayati
bibirmu
ungu pada setiap perih yang
kautanam
menciptakan belukar akar
dari rapat pepohonan hutan
dan suaraku tenggelam
pada wajah berita pucat
yang terus berkata-kata
sepanjang jam
seperti puisi
tak selesai kutafsir
bibirmu yang gelambir
kenanganku meriang di tubir
lukisan bibir yang tak
rampung diarsir
seperti adam
aku mungkin akan membaca
kata yang tersisa
dari perona bibirmu yang
nyala
Edelweis, 2013
Hari yang Kelabu
engkau selalu tiba di waktu
dan jam yang sama
hari kelabu, langit yang
membatu
bayangan angin terdiam
menempuh abad-abad yang
lalu
sekian lama bencana tak
terbaca
luka yang tumbuh jadi
belati dingin paling tajam
menyayat hingga sekarat
namun begitu sukar kau beri
warna ganih yang putih
pada langit, rangkaian
nasib yang gagal ditebak
ah, engkau selalu tiba di
waktu dan jam yang sama
sementara cemas cuaca tak
tamat untuk rebah
2013
Alex R. Nainggolan lahir di
Jakarta, 16 Januari 1982. Menyelesaikan studi di FE Unila
jurusan Manajemen. kini
bekerja sebagai PNS di Pemprov DKI Jakarta. Buku terbarunya Rumah Malam di Mata
Ibu (kum cerpen, 2012), Sajak yang Tak Selesai (kum puisi, 2012), Kitab
Kemungkinan (kum cerpen, 2012)
Sumber: Harian Jawa Pos,
Minggu 31 Maret 2013
@ Redaktur SARBI: Guntur
Sekti Wijaya
0 comments:
Post a Comment