Oddity Artwork by Ash Sivils
Tikus Malam
Apabila dalam mimpi-mimpiku
tergerak kabut dan hujan, maka pecahlah segala laut bergemuruh ke seantero
jagad. Gedung-gedung tumbang dan jembatan-jembatan patah. Memalingkan ingatan
kepada Tuhan. Tikus ke luar dari sarang dan mengintai mata mayat. Berbagi sendu
dan kenangan di got-got pekat. Ambruk segala ulat. Letusan gunung seperti
percikan alpokat busuk. Pesta bagi usus-usus tikus seperti tidak akan selesai.
Pesta bagi minuman susu di neraka.
Perempuan Malam
Asap dari pendingin dalam
sebuah konser sama saja dengan asap dupa bagi perempuan malam yang sedang
bertapa di gedung antilelap. Mengkilapkan kenangan kitab suci yang dibenarkan.
Dia penjaga arca lelaki dengan caranya sendiri. Dengan caranya memukul dentum
godam pada rintih bumi. Lalu keluarlah babi-babi lucu. Dipanggang dengan madu.
Asap mengepul lagi, mengepulkan lagu-lagu sekarat. Ah, ternyata gampang membuat
semua jenis persembahan ini, terutama, bagi yang beriman kepada bayangan. Pada
kelahiran yang dinantikan dengan atau tanpa sperma.
Rumah Hantu
Segalaku adalah segala
ciptaan yang dicipratkan di atas keningku. Ubun-ubunku menguning. Menguap aroma
telur bakar. Musik berdentum lebih keras, tak berbilang malam, tidurku tetap
tenang dan nyaman. Dalam pelukan kematian semua mengadu bagai batu cair oleh
larva. Kata-kataku menjadi hantu juling yang segera hilang bila tatapanku tidak
pas mengenai belahan selangkang. Seperti cangkang telur yang pecah dan
melahirkan kapal-kapal yang pelabuhannya rimbun oleh suara bedug. Oleh sekalian
mata pengintai. Oleh telinga yang terbalik menatap atas-bawah. Menggenjot
sum-sum dan kalsium.
Umar Fauzi Ballah lahir di Sampang, 2 Juli 1986. Aktif di Komunitas Rabo Sore (KRS) dan Komunitas Sastra Stinggil (Kosasti). Beberapa puisinya sudah tersebar di berbagai media. Bersama teman-teman seangkatan mendirikan Forum Sarbi. Buku puisinya Jalan Kepiting (Amper Media, 2012).
@Redaktur SARBI: Dody Kristianto
@Redaktur SARBI: Dody Kristianto
0 comments:
Post a Comment