Blogroll

Tuesday, December 10, 2013

Dicari: HB Jassin untuk Forum Lingkar Pena

 photo ArtistFernandLeacuteger18811955TitleABCDate1927MediumGouacheonpaperDimensionssupport194x278mmframe410x503x20mmCollectionTate_zps817884bf.jpg
Artist Fernand Léger (1881‑1955) | Title ABC | Date 1927 | Medium Gouache on paper Dimensions support: 194 x 278 mm frame: 410 x 503 x 20 mm | Collection Tate

Esai Hafi Zha

Seandainya saja HB Jassin dihidupkan kembali, pasti dia akan memilih untuk mati lagi. Melihat begitu bertebarannya karya sastra baik di media cetak, maupun di media internet, HB Jassin pasti akan segera mengatakan “Kuburkan aku kembali.”
Teeuw pernah menyebut HB Jassin sebagai penjaga sastra Indonesia. Siapa yang berani meragukan sumbangsih sang Paus Sastra itu? Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin adalah warisan takterbantahkan bagi dunia sastra Indonesia. Siapa yang mampu menggantikannya saat ini?
Di masa sekarang perkembangan dunia tulis menulis sangatlah pesat. Sarana publikasi, baik media cetak maupun internet bisa dimanfaatkan untuk mempublikasi karya. Maka tidak heran jika banyak penulis-penulis baru lahir tanpa bisa dibendung. Mereka membawa berbagai macam cerita dengan bermacam aliran. Semuanya memberi warna dalam perjalanan dunia tulis menulis sastra kita.
Geliat para penulis ini pun diikuti dengan tumbuhnya komunitas-komunitas penulis. Menulis tak lagi sekadar mencurahkan isi hati dan pikiran atau memberikan hiburan. Akan tetapi lebih dari itu, mencoba mengusik pembacanya untuk bercermin diri. Merasakan dan menghayati. Sebuah perkumpulan menjadi sebuah wadah untuk berbagi ilmu, bertukar pikiran, dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan satu idealisme.
Forum Lingkar Pena (FLP) merupakan salah satu komunitas penulis yang terbesar di negeri ini. Memiliki banyak anggota yang tersebar di berbagai negara. FLP seperti oase di tengah gersangnya bacaan yang humanis dan agamis. Dalam hitungan waktu yang singkat, FLP mampu menelurkan banyak penulis. Karya-karya para penulisnya tersebar di berbagai media.
Namun, sangat disayangkan karena kelahiran penulis FLP tak diikuti dengan lahirnya seorang HB Jassin. Karya-karya yang ditelurkan menguap entah ke mana. Dengan kata lain, tak ada apresiasi atau kritik terhadap karya-karya tersebut. Padahal, jika saja sebuah karya dikupas tuntas, diapresiasi, ataupun dikritik, tentu akan sangat membantu penulisnya untuk berkembang. Dan secara tidak langsung akan mendorong penulis yang lain untuk berkarya lebih baik lagi. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang penulis bila karyanya diapresiasi oleh seorang ahli sastra.
Ketiadaan seorang yang mengambil peran sebagai kritikus dalam organisasi membuat FLP berjalan di tempat. Tidak bisa disebut mengalami kemunduran. Tapi juga tidak bisa dibilang mengalami kemajuan. Anggotanya tetap ada, dan mungkin terus bertambah. Para penulisnya masih berkarya, walau kadang orang luar hanya mengetahui nama-nama penulis yang “itu-itu” lagi.


----------------------------------------------

NB : Ketika iseng browsing di internet, kami tiba-tiba menemu esai ini. Mungkin, membincang eksistensi FLP masih cukup menarik. Selain memang dikenal sebagai komunitas dengan jumlah anggota yang cukup besar, karya-karya anggota FLP jelas bejibun. Namun, seperti disoroti oleh penulis esai, masih belum ada kritik yang menyoroti karya-karya FLP yang luar biasa melimpah ini. Esai ini diambil dari blog www.rumahkata-hafizha.blogspot.comLink : http://rumahkata-hafizha.blogspot.com/2012/02/dicari-hb-jassin-untuk-forum-lingkar.html

FLP bukan tidak memiliki orang-orang sekualitas H.B. Jassin. Helvy Tiana Rosa dan M. Irfan Hidayatullah hanyalah salahdua dari orang-orang itu. Selain sebagai dosen sastra, mereka juga tercatat sebagai kandidat doktor di perguruan tinggi negeri terkemuka. Andai saja keduanya mau mengambil peran yang dahulu dimainkan oleh H.B. Jassin, tentu saja FLP akan menjadi organisasi yang terkemuka. Dunia apresiasi di FLP akan hidup. Upaya itu memang sudah mulai dirintis oleh Wildan Nugraha dan diharapkan diikuti oleh para akademisi yang tentunya suara mereka dibutuhkan untuk mengadvokasi karya para anggota, seperti yang dulu pernah dilakukan H.B. Jassin terhadap karya-karya Chairil Anwar.

Dunia sastra saat ini memang berbeda dengan zaman H.B. Jassin. Oleh sebab itu, tugas kritik sastra yang dahulu banyak dimainkan Jassin, bisa mulai dilakukan di komunitas-komunitas. Selain itu, usaha pendokumentasian karya-karya anggota FLP perlu dilakukan sebagai upaya menegakkan benang merah sejarah. Seandainya upaya ini dilakukan dengan sangat serius, bukan takmungkin, gaung FLP tidak hanya terdengar di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Kami percaya.

Redaktur SARBI: Dody Kristianto


0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post