Blogroll

Thursday, August 16, 2012

Sajak-Sajak Yuswan Taufiq


 Ilustrasi oleh Ayib Mahmun untuk SARBI

Balada Negeriku

Negeriku bermata pencaharian angin
hilir mudik berebut hembus terkencang

Jika malam telah tiba
ingin kubunuh itu angin
Biar negeriku kembali bercocok tanam
di dalam rumahnya sendiri

Negeriku lebih suka berbedak
pada sekujur tubuhnya
Agar di depan cermin
sim salabim, yakin beraroma sedap
di mata

Jika malam telah tiba
ingin kutanak masak itu bedak-bedak
lalu kujadikan menu pagi sehari-hari
Biar negeriku kembali bergizi tinggi
bebas pengawet makanan

Anak-anak negeriku menyusu induk semang
berduyun-duyun ke televisi
ke iklan, dipenjara dengan bangga
Sebab orangtua-orangtua juga sudah hilang
di ketiak, para induk semang

Jika malam telah tiba
ingin kuberangus itu induk-induk semang
biar mereka tak jumawa berkuasa
tak bernyali menyusup-nyusup
Hingga negeriku bisa kembali pulang
tak ada lagi anak-anak hilang
di pelukan ibunya sendiri

Dan jika malam benar-benar datang
akan kuporandakan tatanan siang
kuleburkan sepenuh malam
biar menyala, itu api dalam sekam

(Keputih, Maret 2010)



Rumahku Tentangmu

Yang kurasa
pintu-pintu telah digenapkan
Gaduh peta mulai terukur
di jantung rumah

Mata angin tak lagi gerah
berpijak pada nafas rumah

Hingga setiap pintu pun berayun
disapa semilir yang menerobos
Ruang-ruang pena jadi penuh
serentak lepas berkejaran

Yang kumau
lorong-lorong kian pasang
membanjir seisi rumah
bandang ke pintu-pintumu

(Keputih, Nopember'09)

Mata Padang

Di setiap senyum pada mata
kurangkai pagi hingga senja
Seolah berlari pada kurusetra
di setiap jengkalnya menyala

Pada jeda waktu ingin kurebah
di semburatmu yang menyemai remah
Mengeja sari yang enggan bernyanyi
dari pertapaan kabut yang ditebah

Lalu di ujung hari
kutemu mata yang terpaku
di padang tetap menyala
di umbul-umbul kian nyalang

(Keputih, Okt '09)






Peluh Ku Jauh
 
Dirimu selukis wajah halilintar
meliuk di baris-baris belukar
Diriku berkas-berkas mural pelayar
menyelusup di bilik-bilik bandar

Laju yang bersentuh gerimismu
selelap ombak menuai riak
berlarian di jauh pintu anganku

Jalan pulang kini kutuju
Di simpang akhir sesayup gema
Ke ujung waktu direndam haru

(17 Juli 2009, sby)

Bayi Peminta-Minta

Bayi-bayi tamasya kota
dalam gendongan jalan-jalan
Menyapa lubuk hati rumahmu
Meratapi nasib anak-anakmu

Memesan seujung kering selimut
sehangat kamar tidur
Menawarkan padamu
gigil basah langit hujan

Merengeki sengatan matahari
selepas lelap menyusu pangkuan
Hembuskan celoteh kanaknya
rindu teduh canda serambi depan

Bayi-bayi polos tersenyum
dalam seringai gendongan
salami dada penderma kasihan

Bayi-bayi terus berjalan
terhanyut hari-hari gendongan
di tidurnya yang culas

Kerdip hatinya sendirian
tatapan yang menyongsong ke depan
Kapan pulang aku kelak?

Rumahku tak semestinya!

(5 Juli 2009, sby)

*) Yuswan Taufiq, pegiat Komunitas ESOK. Saat ini tinggal di Surabaya.


Dimuat lembar sastra SARBI edisi 2, Oktober 2010

0 comments:

Post a Comment

Anda Pengunjung ke

SARBI

Tentang Kami

Sastra Alienasi Rumput Berbasis Independen (SARBI) adalah kelompok diskusi yang bergiat mendiskusikan perihal isu sastra, seni, dan kebudayaan terkini dengan mengambil sudut pandang alternatif. Selain itu, SARBI juga banyak menggali pemikiran tradisi negeri sendiri dan konsepsi mancanegara yang diharapkan dapat bersinergi sehingga menghasilkan pandangan kontemporer yang segar. Untuk membuktikan perihal tersebut, kami melahirkan lembar SARBI untuk ikut menghiasi keriuhan dunia sastra, seni, dan budaya serta berharap dapat menjadi oase untuk memenuhi dahaga kita •

Redaksi

Pemimpin Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Sidang Redaksi Penata Artistik

Tinggalkan Pesan

Dokumen Post