Ilustrasi Karya Nurul Putri untuk SARBI
Ada yang Menghitung Butir Hujan
ada
yang mencoba menghitung butir butir hujan. satu demi satu. di sore yang lembab.
adakah airmatamu? adakah rindu yang menggerutu. menunggu.
puisi menjelma permainan kanak. masa lalu yang ingin kau rengkuh. kebahagiaan serupa bayang bayang. yang jauh. yang rapuh.
secangkir kopi. sobekan kertas koran minggu. sajak yang tak sempat kubaca. kanakkanak membuat perahu. aku? menghitung butir hujan. menghitung waktu yang sia sia. menghitung usia yang memutih rambut. menghitung langkah menuju. menuju Tuju!
puisi menjelma permainan kanak. masa lalu yang ingin kau rengkuh. kebahagiaan serupa bayang bayang. yang jauh. yang rapuh.
secangkir kopi. sobekan kertas koran minggu. sajak yang tak sempat kubaca. kanakkanak membuat perahu. aku? menghitung butir hujan. menghitung waktu yang sia sia. menghitung usia yang memutih rambut. menghitung langkah menuju. menuju Tuju!
Marcopolo : fragmen sebuah film
marco,
di padang rumput di padang gurun apa yang dicari? catatan catatan yang terus
ketelusuri, dalam keringat dan debu. negerinegeri jauh. di negerinegeri yang
riuh, mungkin hanya sunyi menyelinap, rindu yang tak terkata, sebagai luka yang
selalu nganga. pada tapak yang mungkin retak, jejak petualang, sisakan nyeri
rindu arah pulang. tapi jalan yang mana kan sampai? rindumu nyeri.
tuan, inikah negeri dimana kan ditemukan keping luka kan terobati oleh cinta. rindu yang nyeri membawaku ke sini, menata peta di tebingcuram. khan yang agung, kau tahu kuping mengkhi disimpan siapa? negeri yang tak kau kenali menyimpan rencananya sendiri.
marco, lelaki barbar dari venice, aku kublai khan cucu genghis khan penakluk dunia. Catatlah namaku, catatlah. dengan rindumu yang nyeri, negeri negeri yang kau kunjungi, catatlah. timur membawa cahaya ke barat yang gelap. aku, khan mengajarkanmu. deru dan debu, ringkik gemeretak tapak kaki kuda, silam yang riuh. kutaklukkan negeri negeri. kutaklukkan rindu yang nyeri.
marco, marco, catatlah tak ada pengkhianatan yang tak akan mendapat hukuman! unia harus diberi aturan, timur lebih beradab dari barat yang biadab, marco. aku khan yang agung mengajarkanmu.
tuan, inikah negeri dimana kan ditemukan keping luka kan terobati oleh cinta. rindu yang nyeri membawaku ke sini, menata peta di tebingcuram. khan yang agung, kau tahu kuping mengkhi disimpan siapa? negeri yang tak kau kenali menyimpan rencananya sendiri.
marco, lelaki barbar dari venice, aku kublai khan cucu genghis khan penakluk dunia. Catatlah namaku, catatlah. dengan rindumu yang nyeri, negeri negeri yang kau kunjungi, catatlah. timur membawa cahaya ke barat yang gelap. aku, khan mengajarkanmu. deru dan debu, ringkik gemeretak tapak kaki kuda, silam yang riuh. kutaklukkan negeri negeri. kutaklukkan rindu yang nyeri.
marco, marco, catatlah tak ada pengkhianatan yang tak akan mendapat hukuman! unia harus diberi aturan, timur lebih beradab dari barat yang biadab, marco. aku khan yang agung mengajarkanmu.
Tentang Mimpi Penyair yang Tak
Segera Ingin Tidur
bersama
pringadi & yayan triansyah
(1)
ah, engkau penyair. mengapa tak segera tidur. terlelap. dan bermimpi menulis puisi. puisi yang kau tulis di dalam mimpi telah ditakwilkan dalam kitab primbon mimpi. berlapis mimpi seperti kue lapis yang manis legit dimakan saat kau lapar puisi
(2)
insomnia. amnesia. kau lupa mana kata yang harus kau ucapkan saat kau lupa untuk segera tidur karena lupa mana kata yang tepat untuk mengatakannya dan kini kau coba mengingat ingat insomnia atau amnesia. dan kau lupa untuk tidur segera.
(3)
ada yang membawa mimpinya ke dalam puisi yang ditulisnya di dalam mimpnya malam tadi. saat dia terbangun puisinya masih terus ingin bermimpi.
(4)
di dalam puisinya ia menata mimpi agar kata kata tersusun rapi diksi demi diksi yang serasi seperti puisi dalam mimpinya malam nanti
(1)
ah, engkau penyair. mengapa tak segera tidur. terlelap. dan bermimpi menulis puisi. puisi yang kau tulis di dalam mimpi telah ditakwilkan dalam kitab primbon mimpi. berlapis mimpi seperti kue lapis yang manis legit dimakan saat kau lapar puisi
(2)
insomnia. amnesia. kau lupa mana kata yang harus kau ucapkan saat kau lupa untuk segera tidur karena lupa mana kata yang tepat untuk mengatakannya dan kini kau coba mengingat ingat insomnia atau amnesia. dan kau lupa untuk tidur segera.
(3)
ada yang membawa mimpinya ke dalam puisi yang ditulisnya di dalam mimpnya malam tadi. saat dia terbangun puisinya masih terus ingin bermimpi.
(4)
di dalam puisinya ia menata mimpi agar kata kata tersusun rapi diksi demi diksi yang serasi seperti puisi dalam mimpinya malam nanti
* Nanang Suryadi, lahir di
Serang, 8 Juli 1973. Buku puisi terbarunya berjudul Cinta, Rindu, & Orang-Orang yang Menyimpan Api dalam Kepalanya.
Sekarang bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya.
Dimuat Lembar Sastra SARBI edisi #4, Agustus 2011
Dimuat Lembar Sastra SARBI edisi #4, Agustus 2011
0 comments:
Post a Comment