Ilustrasi oleh Rayi Christian Wicaksono untuk SARBI
Oleh Nurani Soyomukti*
Tidak sedikit sastrawan yang mabuk keindahan.
mereka terjebak pada “imperium keindahan”—dan lupa bahwa persoalan sastra
adalam masalah humanisme: Sastra-Humaniora! Karenanya sastra(wan) harus punya
nyali untuk bicara pada kemanusiaan. Kemanusiaan, dan bukan hanya keindahan dan
permainan katakata, adalah kunci dari kegiatan kesusastraan. Masalahnya, jika
persoalan sastra harus lebih ditekankan pada keindahan, mengapa penghargaan
sastra (seperti Nobel Sastra) selalu saja diberikan pada sastrawan yang bicara
banyak hal dan mengeluarkan pandangannya—yang penuh nilai dan berpihak—tentang
manusia, masyarakat, dan sejarah?
Apakah sejarah dan manusia berada di wilayah
objektif (ada dan independen) atau hanya harus dibiarkan berada dalam pikiran
dan pemaknaan orang, terutama sastrawan? Kalau keindahan itu relatif dan tidak
bisa diuniversalkan (dinilai dengan patokan tertentu), mengapa masih saja ada
pemilihan tentang karya sastra (atau bahkan film, musik, dan produk-produk
estetis) yang terbaik? Berarti keindahan memang tidak pernah hanya mendekam
dalam benak, tetapi juga selalu bersenyawa dengan realitas material, wacana
yang diangkat oleh media yang sifatnya material, dan tentunya bersenyawa dalam
dunia kenyataan yang dapat diukur.
Pokok persoalan kemanusiaan akan dapat dipahami dan
diselami sastrawan jika ia memaksimalkan potensi pengetahuannya, dan bukan
semata-mata kepintaran dan kebiasaannya menyusun, merangkai, dan
me(mper)mainkan kata-kata indah atau kisah kehidupan yang diangkatnya. Tak
heran jika abad 20 lalu, Chernysevsky, seorang filsuf seni-sastra Rusia,
mengatakan bahwa “TIDAK ADA YANG INDAH DARIPADA KEHIDUPAN ITU SENDIRI”.
Maka, tuntutan yang diberikan pada sastrawan untuk
memperindah kehidupan adalah tanggungjawab dan komitmen sosialnya—yang harus
dimiliki. Karena tanpa komitmen ini mereka menganggap bahwa posisinya (sebagai
seniman atau sastrawan) dianggap anugerah yang muncul dengan sendirinya dan tak
terikat dengan relasi material dalam kehidupan. Sastrawan pun lupa diri,
menganggap bahwa menulisi kertas dengan kata-kata untuk menyusun karya adalah
kebanggaan. Akhirnya mereka lupa bahwa ada kertas kehidupan yang perlu ditulisi
agar kisahnya benar-benar indah, manusiawi, tidak diwarnai centang-perenang
dalam hubungan antara manusia satu dengan manusia lain. Singkatnya, mereka
harus menggoreskan nilai-nilai yang diungkapkan dalam karya-karyanya.
Nilai-nilai itu tentunya dihasilkan dari renungan dan analisa yang mendalam
atas realitas sosial di bumi empat ia berpijak. Dalam konteks inilah, ilmu
pengetahuan dan filsafat harus melekat dalam diri sastrawan.
Bahkan seorang sastrawan juga identik dengan orang
yang jenius, intelek, dan mereka ini dapat dikatakan sebagai golongan minoritas
kreatif (creative minority) yang berani tampil ke depan menyuarakan
pemikirannya. Mereka juga berani mengambil inisiatif dalam merespon gerak
kebudayaan. Oleh sebab itulah, sastrawan sebagai kalangan yang memiliki
kelebihan sangat jauh berbeda dibandingkan orang awam. Sejarawan besar Arnold
Toynbee pernah mengatakan: “There was a deep, indeed and essential difference
between the genius and masses. And so the great mind, creating for the future,
was doomed in his own day to loneliness and lack of appreciation. Genius is
casually related to insanity”.
Maka salah satu sebab mengapa sastrawan sebagai
intelektual dianggap sebagai orang yang bermartabat adalah karena ia tidak
menghabiskan waktunya hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang purba
(hidup hanya untuk sekedar makan, minum, seks, serta kepuasan-kepuasan nafsu
yang dibawa eksisensinya sebagai tubuh), tetapi berupaya mengorbankan
pemenuhan-pemenuhan tubuh untuk memperbanyak aktivitas yang memperkaya
pengetahuan dan berusaha merespon atau merubah keadaan. Makanya, intelektual
dianggap sebagai kalangan yang “derajatnya tinggi”, “lebih langka dan unik”.
Meskipun kebanyakan sastrawan lahir dari mereka
yang berasal dari kelas ekonomi cukup, sebagaimana pada jaman kerajaan hanya
dari golongan istana bangsawan) saja yang dapat menjadi sastrawan dan pujangga,
kita tidak dapat mengatakan bahwa sastrawan tidak pernah lahir dari kalangan
miskin. Wiji Thukul, misalnya, benar-benar penyair yang lahir dari kalangan
miskin. Bahkan dapat ditegaskan di sini bahwa intelektualitas dan ilmu
pengetahuan objektif dalam sejarah sebenarnya adalah warisan dari semangat
orang miskin. Hanya dalam kondisi kontradiksi yang secara material dialami oleh
rakyat miskin yang kesulitan menghadapi hiduplah kesadaran akan kontradiksi
muncul, yang ini data mengarah pada aktivitas mempertayakan segala sesuatu yang
menjadi sebab-sebab permasalahan yang dihadapi.
Ideologi kemiskinan adalah ideologi membongkar
sebab-sebab kemiskinan; sedang ideologi kekuasaan adalah ideologi yang mengarah
pada upaya untuk melanggengkan kekuasaan.
Hal itu sebenarnya adalah landasan moral kenapa
sastrawan harus berpihak karena dengan berpihak pada orang miskin berarti mereka
membongkar dunia ini. Apalagi posisi sosial dan ekonomi kekayaan juga tidak
lepas dari hubungan produksi yang dalam tatanan kontradiktif selalu dicrikan
dengan hubungan antara kelas tertindas dan kelas penindas. Kelas penindas akan
selalu menjaga agar tatanannya (yang menindas dan menghisap kerja-kerja rakyat
miskin) stabil. Maka segala upaya untuk memproduksi aparat maerial dan
ideologis juga diarahkan untuk membuat tatanan itu langgeng. Sedangkan rakyat
miskin juga membutuhkan keadilan dan dalam epos tertentu juga berjuang melawan
penindasan yang dilakukan terhadapnya.
Sastra berada dalam wilayah pertarungan ideologis
tersebut. Apakah sastra hanya akan memproduksi kemanusiaan dalam cara pandang
penindas sebagaimana para sastrawan dan pujangga di jaman kerajaan hanya
menuliskan karya dan menceritakan dongeng-dongeng yang menyanjung-nyanjung para
raja dan kalangan bangsawan agar rakyat tunduk-patuh membayar upeti dan
menyerahkan tenaga produktif dan semua miliknya untuk dikuasai raja, ataukah
sastra dengan landasan filsafatnya yang dalam akan mampu menyuarakan realitas
rakyat yang merintih perih, yang darah, keringat, dan air matanya telah
dikorbankan dalam kehidupan yang dinikmati oleh raja-raja dan para
pembela-pembelanya (termasuk sastrawan), hal inilah yang disebut keberpihakan.
Karena sastrawan percaya bahwa realitas itu ada dan bisa dirasakan, tidak
relatif dan absurd, maka ia dapat merasakannya. Ia percaya mana yang benar mana
yang salah. Bahkan pada saatnya ia juga percaya bahwa—sebagaimana ditegaskan
sastrawan Rusia—“bahkan samudra darahpun tidak sanggup menenggelamkan
kebenaran”.***
*Nurani Soyomukti, peserta Arisan Sastra Bulanan dan
Ketua Quantum Litera Center/QLC—Lembaga Pemberdayaan Keberaksaraan
Dimuat lembar sastra SARBI edisi #3, Februari 2011
10 comments:
When I initially commented I clicked the "Notify me when new comments are added"
checkbox and now each time a comment is added I get four e-mails with the same comment.
Is there any way you can remove me from that service? Thanks a
lot!
Also visit my webpage - Wholesale Jerseys
I've read several excellent stuff here. Certainly price bookmarking for revisiting. I surprise how much attempt you put to create one of these excellent informative website.
Here is my blog: Air Jordan
It's going to be end of mine day, however before finish I am reading this impressive piece of writing to increase my know-how.
Feel free to surf to my web blog - NFL Jerseys Cheap
Greetings from Florida! I'm bored at work so I decided to check out your website on my iphone during lunch break. I love the knowledge you present here and can't
wait to take a look when I get home. I'm surprised at how fast your blog loaded on my cell phone .. I'm
not even using WIFI, just 3G .. Anyhow, amazing blog!
my webpage :: Michael Kors
I am really loving the theme/design of your web site. Do you ever run into any web browser compatibility issues?
A number of my blog audience have complained about my blog not operating correctly in Explorer but looks great
in Chrome. Do you have any solutions to help fix this issue?
Feel free to visit my webpage ... Chaussure De Foot Pas Cher
Have you ever thought about writing an e-book or guest
authoring on other websites? I have a blog centered on the same topics you discuss and would love to have you share some stories/information.
I know my audience would enjoy your work. If you are even remotely interested, feel free
to shoot me an e-mail.
my web page; KD Shoes ()
I feel that is one of the most important info for me.
And i'm happy reading your article. But wanna remark on some normal issues, The website taste is ideal, the articles is in reality great : D. Good activity, cheers
Feel free to surf to my web page Michael Kors (nysacpr.org)
Simply want to say your article is as astounding. The clearness in your post is simply
cool and i can assume you are an expert on this subject.
Well with your permission allow me to grab your RSS feed
to keep updated with forthcoming post. Thanks a million and please carry on the gratifying work.
Stop by my site Kobe Bryant Shoes 2013
This is very interesting, You are a very skilled blogger.
I have joined your feed and look forward to seeking more of your magnificent post.
Also, I've shared your site in my social networks!
My blog: Going Here
I enjoy reading an article that will make people
think. Also, thank you for allowing me to comment!
my page Boutique Guess (www.beyonddelay.com)
Post a Comment